30 Juli 2009

Hendro Siswanto diincar Persebaya

Cyber News : PSIS (Semarang) yang turun ke Divisi Utama harus segera mengikat pemainnya jika tidak ingin kehabisan pemain. Pasalnya, sudah ada beberapa klub yang mengincar pemain mudanya. Salah satu klub yang memburu pemain PSIS adalah Persebaya (Surabaya). Tim yang belum memiliki pelatih ini kini mendekati pemain muda PSIS, Hendro Siswanto.

Persebaya sangat getol mengincar Hendro, karena selain usianya masih muda, juga punya skill yang cukup bagus. Hal ini sesuai dengan keinginan manajemen tim yang ingin mengedepankan pada pembinaan pemain muda.


Sebab, Persebaya juga banyak memiliki pemain muda hasil pembinaan intern. Kemampuan Hendro sudah dipantau cukup lama oleh asisten pelatih Persebaya, Hartono. Sehingga, mantan bek kanan tangguh Persebaya ini berani merekomendasikan kepada manajemen tim untuk merekrut Hendro.

’’Hartono sudah menyampaikan kepada kami untuk segera memburu pemain muda PSIS, Hendro. Karena, dia pemain bagus,’’ kata Manajer tim Persebaya, Saleh Ismail Mukadar kepada wartawan di Sekretariat Persebaya, kemarin. (wawasan)

[+/-] Selengkapnya...

28 Juli 2009

Agus Murod Bimbang, Hengkang atau Tetap Bertahan

Cyber News : Selama ini banyak mantan punggawa muda PSIS (Semarang) diminati tim lain pascadibukanya bursa transfer musim ini. Beberapa nama pemain muda pun dipastikan sudah hengkang dan membela tim lain di luar armada Mahesa Jenar.

Pemain PSIS yang positif akan hengkang dan bergabung bersama Persiba (Balikpapan) di kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim depan yaitu Johan Yoga Utama, Fery Ariawan, dan Hendro Siswanto. Meski punggawa muda banyak dilirik tim lain, pemain gaek yang telah lama membela PSIS juga tidak luput dari incaran tersebut. Salah satunya adalah kiper PSIS, Agus Murod Alfarizi.

Pemain yang telah lama memakai kaos PSIS dengan nomor punggung 22 ini mengakui ada tiga tim yang berminat meminang dan mengontraknya. ’’Saya memang dihubungi langsung oleh pengurus tim itu. Dua tim dari ISL dan satu dari Divisi Utama. Tapi saya belum memberikan kepastian. Masih pikir-pikir,’’ kata Murod.

Murod menceritakan, selain tiga tim itu, banyak agen-agen yang langsung menelpon dirinya dan menawari untuk bergabung dengan salah satu tim. Dari banyaknya tawaran beberapa klub itu, hanya tiga tim di atas yang begitu serius ingin meminangnya.

’’Saya pikir lagi tawaran dua tim ISL itu. Mungkin akan saya putuskan seminggu lagi atau bahkan lebih. Terpenting harus ’sreg’ dan untuk keluarga di Semarang tidak masalah dan tidak keberatan jika saya akhirnya memilih salah satu tim ISL itu,’’ kata Murod seraya enggan menyebutkan tiga nama tim itu.

Keinginan hengkang Murod memang cukup tinggi. Terlebih pemain berposisi kiper ini sudah cukup lama membela panji Mahesa Jenar sejak musim 2000 lampau.

Status PNS


Selain itu pula dirinya butuh suasana baru di tim lain. Pihaknya melihat, sudah saatnya PSIS segera melakukan regenerasi pemain berpos kiper untuk masa mendatang.

’’Saya memang sudah berbicara dengan Mas Yoyok (Direktur PT Mahesa Jenar) yang intinya beliau mengijinkan jika saya pindah ke tim lain di luar PSIS. Selain itu untuk masalah pekerjaan sebagai PNS di Pemkot tidak masalah,’’ tambah pemain kelahiran Semarang, 9 November 1974, ini.

Sedangkan mengenai kabar dirinya merapat bersama PSCS (Cilacap), dirinya mengatakan, memang sempat ditawari oleh tim dari Divisi I tersebut. Namun pihaknya mengatakan jika nanti memakai kaos PSCS, dan akhirnya dapat tawaran dari tim ISL atau Divisi Utama, Murod dapat mengundurkan diri.

’’Saya sebetulnya ingin membantu PSCS. Tapi jika ada tawaran dan positif membela tim ISL atau Divisi Utama, saya dapat mengundurkan diri. Tapi pihak PSCS ragu-ragu dan berharap saya tetap harus di PSCS sampai akhir kompetisi. Apalagi jadwal kompetisi sekarang masih belum jelas dan belum pasti,’’ urai Murod.

Untuk saat ini Murod tetap rajin menjaga kondisi fisiknya. Meski kompetisi belum juga dimulai, olahraga kegemaran selain sepakbola yaitu bulutangkis, jogging, dan futsal dilakukan secara rutin bersama mantan punggawa PSIS lainnya dan bersama jajaran manajemen PSIS. (wawasan)

[+/-] Selengkapnya...

25 Juli 2009

Komdis PSSI "Hasilkan" Rp 3 M

Cyber News : Komisi Disiplin (Komdis) PSSI ’’menghasilkan’’ Rp 3,075 miliar dari keputusan berupa denda selama musim kompetisi 2008-2009. Namun, dari jumlah tersebut yang baru dibayarkan oleh terhukum mencapai Rp 1,475 miliar. Sisanya yang sebesar Rp 1,6 miliar akan ditagih, dengan batas waktu pembayaran 30 September.

’’Jika sampai tanggal itu belum juga dibayar, kami akan menjatuhkan hukuman tambahan,’’ kata Ketua Komdis Hinca Panjaitan (foto) usai jumpa pers di Kantor PSSI, Kamis lalu.

Terdapat tiga kemungkinan hukuman tambahan. Pertama, berupa denda antara Rp 5 juta sampai dengan Rp 10 juta. Kedua, BLI tidak mengesahkan pemain atau ofisial tim yang terhukum, sehingga tidak bisa terlibat dalam kompetisi musim depan. Ketiga, BLI tidak menerbitkan lisensi bagi klub yang didenda.


Hinca menegaskan, sikap tegas Komdis itu bukan karena memburu uang. Tapi, sebagai upaya menegakkan hukum. Terhukum diharuskan menghormati keputusan yang dibuat badan peradilan sepak bola nasional.

’’Jangan salah persepsi, seolah-olah PSSI mencari untung. Ini berlaku di seluruh dunia. Dalam ketentuan FIFA, pelanggaran dihukum dengan hukuman skors dan denda uang,’’ lanjut Hinca. Total denda terbesar datang dari kompetisi Superliga, yang mencapai Rp 1,93 miliar (sudah terbayar Rp 1,07 miliar).

Dari Divisi Utama didapat Rp 845. 000.000 juta, dengan jumlah yang dibayar baru Rp 240 juta. Sedangkan dari Copa Dji Sam Soe mencapai Rp 215 juta, yang sudah diterima Rp 125 juta. Untuk Liga U-21 BLI diperoleh Rp 85 juta, yang sudah terbayar Rp 40 juta. (SM)

[+/-] Selengkapnya...

22 Juli 2009

Yoyok Tunggu Manual Liga

Cyber News : Rencana pembentukan tim PSIS untuk musim 2009-2010 belum berjalan. Pembentukan tim yang lambat tersebut diakui Direktur PT Mahesa Jenar Alamsyah Satyanegara. Pihaknya baru akan menyusun tim setelah manual liga dikeluarkan BLI.

Menurut pria yang akrab disapa Yoyok Sukawi itu, hingga saat ini BLI belum menggelar pertemuan antarmanajer tim peserta kompetisi untuk membicarakan manual liga. Biasanya, pertemuan diadakan tiga bulan sebelum kompetisi.

Dalam manual liga tersebut akan diketahui kapan kompetisi dimulai, baik Superliga, Divisi Utama, maupun Divisi I. Selain itu juga untuk mengetahui tim-tim yang masuk Superliga dan Divisi Utama. ”Tim-tim lain juga banyak yang belum persiapan. Sikap mereka seperti PSIS, menunggu manual liga dulu,” katanya.


Hingga saat ini, kata Yoyok, belum ada kejelasan kapan kompetisi dimulai. Bahkan, beberapa klub mengusulkan kompetisi tahun ini ditiadakan dan dimulai tahun depan. Hal itu tidak lepas dari masalah pendanaan.

Dana Jika buru-buru membentuk tim pada saat ini, dana yang dikeluarkan akan sangat besar. Selain itu kurang efektif, mengingat pertengahan Agustus memasuki bulan Ramadan. Belum lagi persiapan akan terpotong Lebaran. Praktis, klub-klub baru akan membentuk tim setelah Idul Fitri.

”Masih ada waktu untuk membentuk tim. Kami tidak akan terburu-buru. Dengan dana yang terbatas, kami harus berpikir efektif dan efisien agar pembentukan timnya tepat,” ungkapnya.

Dengan kondisi klub peserta kompetisi seperti itu, Yoyok yakin pemain pun banyak yang belum menentukan pilihannya. Mereka masih menunggu kejelasan dana yang dimiliki klub.

Dengan demikian, pelatih terpilih nanti tidak perlu takut kehabisan pemain berkualitas. Bisa jadi, pemainlah yang nanti akan berburu klub. ”Saya yakin, pemain yang beredar di Kompetisi Liga Indonesia masih banyak. Perekrutan pemain PSIS untuk musim depan akan disesuaikan dengan keberadaan tim, apakah di Superliga atau Divisi Utama,” tandasnya. (SM)

[+/-] Selengkapnya...

17 Juli 2009

Ledakan di JW Marriot dan Ritz Carlton : Timnas Lakukan Sesuatu di Luar Kebiasaan

Cyber News : Entah apakah ini bisa dibilang mukjizat atau tidak. Tim nasional Indonesia melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan yang secara tidak langsung membuat mereka terhindar dari ledakan di JW Marriot, tempat mereka menginap, Jumat, 17 Juli 2009.

"Tumben kita nggak sarapan di hotel. Nggak seperti biasanya," ujar Charis Yulianto, pemain Indonesia yang terpilih masuk tim untuk bertanding melawan MU pada 20 Juli mendatang, usai latihan.

Tim Indonesia pagi tadi memilih sarapan di Senayan di Hotel Sultan yang dekat dengan lapangan latihan tim nasional di Senayan.

Tim nasional Indonesia yang menginap di JW Marriot selamat dari ledakan. Pasukan Benny Dollo meninggalkan hotel untuk latihan sebelum ledakan terjadi di Marriot dan Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, sekitar pukul 07.40 WIB, Jumat, 17 Juli 2009. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika timnas sarapan di hotel.

Manajer tim Indonesia All Star Andi Darussalam Tabusala mengatakan kalau Manchestar United batal datang ke Jakarta. Rencananya Indonesia akan melawan MU 20 Juli 2009.

Chief Eksekutif MU tawarkan alternatif


Pembatalan kedatangan Manchester United akibat ledakan di Jakarta, kemungkinan bisa ditebus oleh pihak Setan Merah.

Dalam keterangan pers di Malaysia, ada kemungkinan tim Indonesia All Star akan diboyong ke Negeri Jiran. Di sana, barulah mereka akan menghadapi Setan Merah seperti yang sudah direncanakan.

"Ada beberapa kemungkinan yang tengah kami pertimbangkan. Kami bisa membawa tim Indonesia ke sini (Malaysia). Itu adalah satu kemungkinan yang tengah kami jajaki," kata Chief Eksekutif MU David Gill, seperti dilansir situs resmi klub, Kamis 17 Juli 2009.

"Kami tengah mencoba kemungkinan dan mengevaluasi mana yang lebih layak," tambahnya.

MU batal datang karena ledakan yang terjadi di depan Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot, Kuningan, Jakarta pada Jumat 17 Juli 2009 pukul 07.40. Padahal dalam rencana awal, MU akan menghadapi Indonesia All Star pada 20 Juli 2009 mendatang.

"Dengan semua kemungkinan, MU akan tetap di sini (Kuala Lumpur, Malaysia). Tapi harus ada beberapa hal yang harus dipikirkan termasuk soal logistik," tambah Gill. (blogger)

[+/-] Selengkapnya...

Manchester United Menyesal Tak Jadi ke Indonesia

Cyber News : Batalnya MU datang ke Indonesia sangat disesalkan pihak Setan Merah. Dlm pernyaatan di situs resmi klub, MU jadi tdk bisa menyelesai- kan kewajibannya untuk para fans.

Keputusan pembatalan itu sendiri datang setelah mereka berdiskusi dengan beberapa pihak. Termasuk dengan Kementerian Luar Negeri Inggris dan PSSI.

"Menyangkut ledakan di Jakarta dan salah satunya adalah hotel tempat tim menginap serta setelah menerima beberapa saran, klub tidak bisa memenuhi kewajibannya untuk bertanding di Jakarta pada tur Asia 2009," demikian pernyataan resmi klub.

"Kami sangat menyesalkan tak bisa berkunjung ke Indonesia dan berterima kasih pada pengurus sepakbola Indonesia dan para fans. Kami berduka cita pada mereka yang menjadi korban ledakan."


MU rencananya akan melawan Indonesia All Star pada Senin 20 Juli 2009 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Namun ledakan yang terjadi di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton pada Jumat 17 Juli 2009 pukul 07.40, membuat rencana itu batal. Ritz Carlton sendiri tadinya akan jadi tempat menginap MU selama empat hari. (vivanews)

[+/-] Selengkapnya...

Sebaiknya PSIS rangkul pengusaha

Cyber News : Mantan manajer tekhik PSIS (Semarang) Setyo Agung Nugroho mengatakan, sebaiknya PSIS tidak perlu memaksakan diri mengejar APBD. Pernyataan ini terkait komentar Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo yang tidak berkenang terkait soal bantuan APBD Kota Semarang untuk PSIS.

’’Kalau sudah ada penyataan seperti itu, sebaiknya PSIS tidak usah memaksakan diri mengejar APBD. Justru ada baiknya Gubernur memberikan statemen sekarang, karena PSIS bisa bersikap jauh-jauh hari,’’ kata Agung.

Agung menambahkan, tanpa APBD pun, PSIS tetap harus berkompetisi meski dengan kondisi tim seadanya. Memang, katanya, langkah ini terasa cukup berat. Namun, lanjutnya, bagaimanapun juga perlu dicari jalan lain agar PSIS tetap eksis.

Menurutnya, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mengumpulkan para pengusaha yang peduli dengan nasib PSIS untuk mendanai PSIS di kasta Divisi Utama musim depan.

’’Terkait APBD, saya berpendapat sekarang ini untuk membangun infrastruktur saja. Misalnya membangun stadion. Di Surabaya dan Bandung saja sekarang sudah memiliki stadion yang istimewa, kenapa Semarang belum?’’ tambah Agung yang juga wakil Ketua Gapensi Semarang itu.

Modal awal cukup 2 M


Selain itu, Agung mengatakan, saat ini PSIS tidak akan muluk-muluk. Jika nantinya bisa mendapatkan uang Rp 2 miliar, dari ’urunan’ para pengusaha, itu sudah luar biasa. Dana sebesar itu sudah cukup untuk modal awal PSIS berkompetisi di kasta Divisi Utama dengan target tetap bertahan dan tidak terdegradasi. Untuk kekurangan dana, bisa diusahakan dari tiket dan beberapa sponsor.

’’Dengan jumlah uang tersebut, tentu kami tidak bisa memasang target lebih. Bertahan di Divisi Utama dan tidak terdegradasi sudah cukup bagus dan sangat realistis. Untuk pemain, mungkin akan mengambil pemain lokal dan tidak perlu pemain asing,’’ urai pengusaha muda ini.

Perlu diketahui Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo beberapa hari lalu memberikan statemen tidak akan menyetujui pengajuan APBD dari kota atau kabupaten di Jawa Tengah untuk sepakbola, jika pembangunan di daerah tersebut masih belum optimal.

Untuk Kota Semarang, pembangunan masih jauh dari sempurna karena banyak jalan rusak, banjir di mana-mana dan rob yang masih belum teratasi hingga saat ini. Melihat indikator tersebut, Gubernur Jateng memastikan tidak akan menyetujui dana APBD untuk tim berjuluk Mahesa Jenar tersebut.

Selain itu, PSIS saat ini belum bergerak sedikit pun terkait persiapan tim menatap Kompetisi Divisi Utama musim depan. Apalagi Kompetisi Divisi Utama jika sesuai jadwal akan start Oktober mendatang. Pembentukan manajemen baru dan perekrutan pemain juga belum terlihat tanda-tanda hingga saat ini. (wawasan)

[+/-] Selengkapnya...

BLI Tak Terpengaruh Isu

Cyber News : Badan Liga Indonesia (BLI) tak terpengaruh oleh oleh isu merger dan pengunduran diri klub akibat krisis finansial. Menurut Ketua BLI Andi Darussalam Tabusalla, wacana yang dikembangkan klub tidak akan memengaruhi pihaknya dalam menerapkan keputusan.

Terutama regulasi bagi peserta kompetisi liga profesional musim depan. “Masalah pendanaan memang mendasar dan tampaknya hampir dialami semua tim. Tapi kami belum memberikan keputusan apa pun terkait hal ini. Semuanya baru akan diketahui setelah pertemuan dengan klub digelar,” tutur Andi.

Menurut dia, BLI masih tetap akan menegakkan regulasi. Setiap tim yang mundur dari ajang Superliga dipastikan mendapat sanksi. Sanksi yang akan dijatuhkan tergantung keputusan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI. Andi juga menegaskan tak ingin berspekulasi mengenai kemungkinan berkurangnya peserta Superliga musim depan.


Terlebih karena pihaknya belum bertemu dengan klub yang ingin mundur seperti Persib. Dia menyebut semuanya akan menjadi jelas pada saatnya pertemuan dengan klub-klub peserta.

“Masih terlalu dini membicarakan semua ini. Karena itu kami tidak ingin berspekulasi. Semua kemungkinan masih bisa terjadi hingga selesainya pertemuan dengan klub peserta Superliga,” tandas Andi. (SM)

[+/-] Selengkapnya...

14 Juli 2009

Kondisi GOR Trilomba Juang rusak

Cyber News : Kondisi Kompleks GOR Trilomba Juang Semarang mendapat sorotan dari Gubernur Jateng H Bibit Waluyo. Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang harusnya bisa memelihara dan menjaga fasilitas olahraga yang dimiliki. ’’Saya tidak tahu mengapa bisa begitu. Padahal anggaran untuk pemeliharaan sarana dan prasarana kan sudah ada. Apalagi GOR Trilomba Juang ini kan salah satu kebanggaan warga Kota Semarang,’’ kata Gubernur, usai membuka Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) SMA/sederajat di GOR Trilomba Juang Semarang, Senin (13/7).

Pernyataan keras Gubernur dilontarkan setelah ia melihat bagian luar sejumlah fasilitas olahraga di Trilomba Juang. Sebagai misal, atap gedung yang rusak parah di salah satu sisi tidak segera diperbaiki. Untuk itu menurutnya ia akan memberikan peringatan kepada Pemkot Semarang.

’’Itu kan tugas pemimpin. Bagaimana ini, perbaikan jalan tidak dilakukan secara maksimal, rob juga tidak bisa diatasi,’’ tandas Gubernur.

Ia menambahkan, bagaimana pembinaan dan prestasi olahraga bisa diraih jika sarana dan prasarana saja tidak dipelihara dengan baik. ’’Bukan hanya di Semarang. Ini juga saya harapkan dilakukan oleh daerah lain di Jateng,’’ tegasnya.

Gubernur Menyentil tentang PSIS


Gubernur juga kembali mengungkapkan statemennya tentang penggunaan dana APBD bagi klub sepakbola. Seperti diketahui sebelumnya, PSIS Semarang berencana mengajukan Rp 20 miliar pada anggaran perubahan tahun 2009.

Menurut Gubernur, klub sepakbola itu bersifat otonom sehingga pendanaan hendaknya di luar APBD. Hal itu juga berlaku bagi klub-klub divisi utama atau Superliga lainnya yang ada di Jateng.

’’Prioritas harus ditetapkan. Kalau rakyat kita sudah makmur baru boleh,’’ pungkas Gubernur. (wawasan)

[+/-] Selengkapnya...

11 Juli 2009

Liga Indonesia, Musim yang Kacau Balau

Cyber News : Semua hajatan sepak bola nasional musim 2008/2009 telah berakhir dan ditutup dengan noda hitam kasus mogoknya Persipura dari final Copa Indonesia. Ini klimaks penuh kegetiran, cermin pengelolaan kompetisi sepak bola yang masih jauh dari profesional. Entah siapa yang salah dan tidak becus, mengapa selalu saja ada yang tidak beres.

Marcel Desailly, mantan bintang sepak bola Perancis, mungkin baru sekali ke Indonesia saat mengikuti tur AC Milan, tampil di Jakarta dan Surabaya tahun 1994. Namun, dalam pertemuan dengan wartawan Indonesia di Johannesburg, Juni lalu, ia sama sekali tidak sulit menjawab pertanyaan: mengapa sepak bola Indonesia seperti sulit sekali berkembang?

”Mungkin karena kompetisi di negeri Anda tidak terorganisasi dengan baik, tidak cukup banyak pertandingan level tinggi,” ujarnya. Jawaban dari ”orang luar” itu tidak meleset jika kita, insan sepak bola nasional, jujur dengan realitas kompetisi negeri ini.

Musim 2008/2009 yang baru berakhir, musim yang katanya tonggak baru kompetisi nasional dengan diluncurkannya Liga Super Indonesia (LSI), ternyata sami mawon dengan tahun-tahun sebelumnya. Mulai dari kerusuhan suporter, jadwal kompetisi yang selalu berubah, kinerja wasit yang tetap buruk, pengelolaan klub yang amatiran, hingga yang menggelikan lagi, tentang tim-tim musafir peserta liga.

Mungkin karena begitu uniknya kompetisi musim lalu, beberapa hari lalu Reuters melansir berita soal Liga Indonesia. Pada berita yang kemudian dikutip berbagai media internasional itu, kantor berita yang bermarkas di London tersebut menyebut Liga Indonesia musim 2008/2009 sebagai musim yang kacau-balau (a shambolic season).

Simak berita dari Reuters...

Indonesia's soccer chiefs are to clamp down on clubs after a shambolic season during which teams played without home grounds and rules regarding coaching qualifications were flouted.

All Super League clubs for the 2009-2010 season will need to have a proper home ground, professional management, an under-21 squad and a fully licensed head coach, the Indonesian League Body (BLI) said.

"There will be no wandering clubs for next season ... we will not compromise," BLI director Joko Driyono said. "We'll start verifying clubs in August, and we hope it will be done by the end of the month," he told the Jakarta Globe. Joko said that if a club failed to meet Super League requirements, a second tier club might take its place.

The Indonesian league will also institute the Asian Football Confederation's "3 plus 2" rule for foreign players in the Super League.

Three of each club's five foreigner spots will be open to players of any nationality. If a club wishes to fill either of the other two spots, those players must come from an AFC member nation.

Player agent Eddy Syahputra said he was not enthusiastic about the new rules. "It's quite hard to find Asian players (who want to play in Indonesia) as the leagues in other countries, like Vietnam and Thailand, are better organised," Eddy said. "I prefer the old regulations as it's much easier for me to find players, but regulations are regulations."
Penyebutan itu merujuk pada kenyataan beberapa klub musafir yang tidak punya lapangan bertanding (home ground) dan diabaikannya aturan-aturan soal kualifikasi pelatih klub. Sebenarnya, awalnya hanya tiga klub musafir musim lalu, yakni Persitara Jakarta Utara, Persita Tangerang, dan PSMS Medan.

Namun, belakangan, Persija Jakarta ikut menjadi musafir terkait larangan kepolisian menggelar laga sepak bola di Jakarta demi keamanan Ibu Kota menjelang Pemilu Legislatif 2009. ”Tak akan ada lagi klub-klub musafir musim depan. Kami tidak akan kompromi,” ungkap Joko Driyono, Direktur Kompetisi Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI).

Mengapa Kacau dan Blunder Copa


”Kami akan mulai melakukan verifikasi klub-klub itu, Agustus mendatang, dan kami berharap itu sudah selesai akhir Agustus,” ungkap Joko. Intinya, klub-klub yang tidak punya modal stadion tempat laga kandang tidak boleh bertanding di kancah LSI.

Posisi mereka di LSI dapat digantikan klub-klub Divisi Utama yang lebih memenuhi syarat. Apakah tekad itu bakal benar-benar terlaksana atau tidak, masih perlu ditunggu. Maklum, bukan rahasia lagi di mata insan bola nasional bahwa aturan soal pengelolaan sepak bola negeri ini sering berganti, seperti sopir bajaj yang sulit ditebak arahnya.

Mengapa bisa kacau?

Istilah ”musim yang kacau-balau (a shambolic season)” mungkin terasa berlebihan dan cenderung simplistis. Namun, jujur harus diakui, selalu ada hal-hal yang tidak beres dalam pengelolaan kompetisi sepak bola negeri ini. PSSI sebenarnya tidak habis-habisnya berusaha memperbaiki situasi.

Pembentukan BLI, yang diberi otoritas khusus menangani kompetisi level nonamatir (LSI, Divisi Utama, dan Copa Indonesia), salah satu upaya mereka. Lembaga itu diketuai Andi Darussalam Tabusalla—sosok lama yang bertahun-tahun berkecimpung di sepak bola nasional—dan diharapkan meniru badan Liga Primer di Inggris yang sukses memutar kompetisi dan bisnis.

Namun, setelah beberapa tahun kehadiran BLI belum membawa perubahan signifikan. Di beberapa kesempatan, Joko menyebut adanya faktor eksternal dan internal yang memengaruhi roda kompetisi.

Musim ini, faktor eksternal itu adalah hajatan Pemilu 2009. Partai Liga Super di beberapa klub di Jawa sempat terhenti karena kepolisian tidak mengizinkan laga sepak bola menjelang hajatan politik nasional. Namun, bukankah pemilu siklus lima tahunan yang sudah diketahui jauh-jauh hari?

Dari sini, BLI terlihat belum cakap mengantisipasi situasi yang mungkin ditimbulkan hajatan politik nasional itu. Kondisi ini diperparah citra negatif sepak bola yang dinilai lekat dengan kerusuhan suporter. Andai saja sepak bola tertib, bisa jadi ceritanya bakal lain.

Joko tidak menampik adanya faktor internal di kalangan PSSI yang turut andil bagi tertatih-tatihnya kompetisi musim lalu. Ia menyebut agenda pemusatan latihan tim nasional di bawah pelatih Benny Dollo jelang Pra-Piala Asia 2011 sebagai contoh.

Putaran kedua LSI musim lalu harus mundur sepekan setelah Benny Dollo meminta pelatnas dimajukan dari jadwal semula. Ia menemui Ketua Umum PSSI Nurdin Halid yang menyetujui permintaan tersebut meski hal itu mengorbankan kompetisi.

Bukan kali itu saja Nurdin melakukan intervensi dalam pengelolaan kompetisi. Ketika kompetisi terhenti di Jawa karena tidak diizinkan kepolisian, ia juga membatalkan kesepakatan klub-klub untuk menggelar kompetisi yang dipadatkan dan dipusatkan di satu wilayah (sentralisasi). Saat itu, Nurdin beralasan telah mendapat persetujuan klub-klub.

Blunder di akhir

Blunder PSSI dan BLI di pengujung musim yang sulit dilupakan adalah keputusannya menggelar final Copa Indonesia di Palembang, markas Sriwijaya FC yang juga tampil di final. Bukan untuk menyetujui upaya mogok Persipura, keputusan itu memunculkan kecurigaan seolah juara Copa telah diatur.

PSSI dan BLI jelas membantah kecurigaan itu. Namun, yang ditunggu insan bola nasional bukan sekadar bantahan, melainkan tindakan nyata agar penyelenggaraan kompetisi lebih baik. Kapan itu, wahai BLI dan PSSI?

Source : Reuters, Thejakartaglobe, Kompas

[+/-] Selengkapnya...

08 Juli 2009

Penyertaan Modal PSIS Bukan Prioritas

Cyber News : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Semarang menilai pengajuan penyertaan modal terhadap PT Mahesa Jenar oleh Pemerintah Kota Semarang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2009 bukan program prioritas. Hal ini karena masih banyak program yang lebih memiliki manfaat lebih luas bagi kepentingan publik.

"Masih banyak program lain yang lebih prioritas dan bermanfaat bagi masyarakat, kenapa harus mengajukan penyertaan modal?" ujar anggota Komisi C DPRD Kota Semarang AY Sujianto (PPP), di Semarang, Rabu (8/7).

Hal tersebut mengingat Pemkot Semarang telah memasukkan penyertaan modal senilai Rp 20 miliar terhadap PT Mahesa Jenar, selaku badan usaha pengelola PSIS Semarang dalam pengajuan APBD Perubahan 2009.

Sukawi Blunder


Sujianto mencontohkan, program yang diajukan dapat berupa pembangunan lingkungan masyarakat, perbaikan jalan, dan penanganan banjir.

"Apalagi di daerah pinggiran Semarang, seperti di Cepoko, Kecamatan Gunungpati kan masih banyak yang tidak tersentuh pembangunan . Hal itu justru lebih berorientasi kepada kepentingan publik," ucap Sujianto.

Anggota Komisi A DPRD Kota Semarang Fris Dwi Yulianto (PKS) juga mengatakan, penyertaan modal PT Mahesa Jenar jelas bukan prioritas karena tidak termasuk dalam urusan wajib. "Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, urusan wajib adalah yang berkenaan dengan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Seharusnya pemerintah mendahulukan urusan wajib dulu baru kepentingan bisnis seperti penyertaan modal tersebut," katanya.

Sebelumnya, Wali Kota Semarang Sukawi Sutarip menilai pembelian saham PSIS melalui penyertaan modal tersebut lebih penting dibandingkan pos infrastruktur, pendidikan, ataupun kesehatan. Menurutnya, masyarakat yang menggunakan jalan lebih sedikit dibandingkan orang yang menonton bola.

Menanggapi hal tersebut, Sujianto mengakui, pandangan itu tidaklah bijak dikatakan seorang wali kota. Seharusnya pos anggaran yang memihak kepada masyarakat itu ditinjau dari asas kemanfaatannya secara luas bukan hanya dari satu sisi saja.

"Dengan jalan diperbaiki, 'kan dapat membuka akses transportasi, distribusi, dan dapat menghidupkan denyut perekonomian setempat, bukan hanya sekadar dilihat dari sisi pengguna jalan saja," kata Sujianto.

Peneliti transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Djoko Setijowarno menyayangkan pernyataan Sukawi Sutarip dalam memandang skala prioritas pemenuhan kebutuhan anggaran. Ini karena program yang berorientasi pada kepentingan publik diukur dari jangkauan dampaknya kepada masyarakat.

"Bagaimana bisa orang yang menonton bola bisa lebih banyak daripada pengguna jalan. Warga yang menonton bola saja harus melalui jalan untuk menuju stadion," kata Djoko. (kompas)

[+/-] Selengkapnya...

07 Juli 2009

Pemain Lama Didekati

Cyber News : Diam-diam PSIS melakukan pendekatan dalam upaya membentuk tim yang akan diterjunkan dalam kompetisi depan. Tahap awal, langkah itu dilakukan terhadap para pemain lama.

Beberapa di antaranya diharapkan bisa kembali berkostum PSIS. Hal itu diungkapkan pelatih tim 2008-2009, Ahmad Muhariah.

Ahmad Muhariah

Menurut dia, beberapa waktu lalu pengurus memintanya untuk melakukan pendekatan terhadap pemain musim lalu. Namun, dia enggan menyebutkan pemain muda potensial yang kembali dibidik.

”Saya sudah menyampaikan kepada beberapa pemain agar mau kembali membela PSIS. Itu permintaan dari pengurus,” tutur mantan kapten tim tersebut.

Namun, para pemain belum memberikan jawaban. Muhariah mengaku tidak akan memaksa mereka, mengingat pemain punya hak untuk menentukan pilihannya. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Salah satunya menyangkut gaji dan kontrak. ”Hak mereka untuk menentukan pilihan. Kami tidak bisa menghalang-halangi,” katanya.

Lebih Tinggi


Beberapa pemain yang diprioritaskan untuk kembali direkrut ternyata sudah didekati klub lain. Bahkan, ada yang sudah mencapai kesepakatan nilai kontrak dengan tim lain. Hal itu dinilai sangat wajar.

Tawaran klub-klub lain lebih tinggi dan menggiurkan daripada di PSIS.Bukan itu saja, mereka juga dijanjikan sebagai starter. Tentu saja tawaran tersebut sulit ditolak.

”Pada umumnya, tawaran klub lain lebih tinggi daripada PSIS. Kalau sudah berbicara masalah uang, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Itu menyangkut masa depan pemain,” ungkapnya. (SM)

[+/-] Selengkapnya...

03 Juli 2009

Pemkot Semarang Usulkan lagi Anggaran Penyertaan Modal untuk PT Mahesa Jenar sebesar Rp 20 miliar

Cyber News : Rencana pengusulan kembali anggaran untuk mendanai PSIS lewat penyertaan modal PT Mahesa Jenar sebesar Rp 20 miliar pada perubahan APBD 2009 yang sebelumnya sudah ditolak gubernur, mendapat reaksi keras dari berbagai pihak.

(dok. kp2kkn jateng)

Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KP2KKN) Jateng bahkan masih konsisten dengan statement yang pernah dilontarkan saat muncul usulan penganggaran PSIS ke APBD akhir tahun lalu.

”Sikap kami masih sama, berharap agar permohonan dana ke APBD Perubahan Kota Semarang ditolak saja. Kami berharap tidak ada dana untuk bal-balan dari APBD seperti yang ditegaskan Gubernur,” tegas Sekretaris KP2KKN, Eko Haryanto, Jumat (3/7) pagi tadi.

Ditambahkan, dana sebesar Rp 20 miliar yang diminta Walikota Sukawi Sutarip tersebut lebih baik digunakan untuk kepentingan masyarakat seperti mengatasi banjir, rob dan pendidikan serta kesehatan. Jika pengelola masih ingin mengajukan anggaran, ada baiknya pengurus PSIS melakukannya dengan cara yang lebih profesional dengan menggandeng pihak swasta, bukan meminta dana APBD.


Sementara itu, anggota DPRD Kota Semarang, Kadarlusman, menilai rencana pengusulan penyertaan modal PT Mahesa Jenar pada APBD Perubahan 2009, merupakan hal yang terburu-buru. Bahkan, dia menangkap kesan adanya sikap percaya diri (PD) yang luar biasa bahwa anggota DPRD yang baru bakal memuluskan usulan tersebut.

”Kemarin saja, dengan komposisi anggota DPRD dari Partai Demokrat yang tidak mendominasi, bisa mempengaruhi anggota dewan lainnya. Apalagi nanti dengan 16 orang dari Partai Demokrat yang tidak mendominasi, bisa mempengaruhi anggota dewan lainnya. Apalagi nanti dengan 16 orang dari Partai Demokrat. Ada rasa percaya diri yang luar biasa jika melenggangkan penyertaan modal kepada PT Mahesa Jenar," kata dia.

Politisi asal PDI Perjuangan ini juga menyayangkan jika ketidakberhasilan PSIS dalam kompetisi liga, diakibatkan tidak adanya dukungan anggaran dari pemkot. Padahal, dalam hal pendanaan sebenarnya walikota sebagai pembina PSIS, bisa mengoptimalkan kerja sama sponsor dengan pihak ketiga. "Kalau dibilang kebanggaan, apa yang akan dibanggakan, wong pemainnya malah dibeli dari luar," tegas dia. Pada prinsipnya, Kadarlusman tidak anti dengan penyertaan modal tersebut. Hanya, prosedurnya harus sesuai dengan aturan. Jika dalam penyertaan modal harus ada kajian yang mesti dilakukan, serta pembentukan perda, itu yang diutamakan.

Seperti diketahui, setelah sempat ditolak Gubernur pada APBD Perubahan 2009, Pemkot Semarang kembali berencana mengusulkan anggaran penyertaan modal untuk PT Mahesa Jenar sebesar Rp 20 miliar. Optimisme pemkot ditunjang pula dengan pembahasan APBD Perubahan 2009 yang akan dilakukan anggota DPRD Kota Semarang yang baru.

Sekretaris Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kota Semarang, yang juga Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD), Suseno, mengatakan, usulan untuk penyertaan modal itu sudah masuk dalam draf RAPBD 2009. Draf itu sudah selesai disusun dan segera dikirim ke DPRD Kota Semarang untuk proses pembahasan. Besaran usulan anggaran, sama dengan yang pernah diajukan sebelmnya, yakni Rp 20 miliar.

Diakui, peluang investasi kepada PT Mahesa Jenar masih terbuka, mengingat kajian dan perdanya masih dalam proses pembahasan. Namun, dia tidak berani memastikan jika kalangan DPRD Kota Semarang bakal menyetujui penyertaan modal itu sesuai dengan usulan pemkot, melihat keterbatasan kemampuan APBD.

Menyikapi hal tersebut, Walikota Semarang Sukawi Sutarip SH SE, mengaku, pihaknya belum mengerti perkembangan pengajuan kembali anggaran untuk PT Mahesa Jenar. Kendati begitu, pihaknya juga berharap anggaran tersebut dapat disetujui demi kelangsungan tim PSIS. (wawasan)

[+/-] Selengkapnya...

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP