Ahmad Muhariah, Melambung atau Terpuruk ?
Cyber News : Tahun ini adalah tahun pembuktian Ahmad Muhariah dalam karirnya sebagai pelatih sepak bola. Diuntungkan dengan pasokan pemain-pemain papan atas meski timnya hanya berlaga di Divisi Utama justru menjadi beban tersendiri bagi dia.
PSIS Semarang hanya berlaga di kompetisi Divisi Utama musim 2009-2010. Itu terjadi setelah tahun lalu tim asal Kota Lumpia tersebut terdegradasi dari Indonesia Super League (ISL).
Tak mau terus terpuruk, manajemen PSIS mencoba mengangkat lagi nama besar tim asal ibu kota Jawa Tengah (Jateng) tersebut. Targetnya jelas, mengembalikan PSIS ke level sepak bola tertinggi di tanah air. Dengan optimisme tinggi bakal meraih dana APBD Kota Semarang, manajemen merekrut sejumlah pemain top di jagat sepak bola Indonesia.
Sebut saja trio pemain asing Cristiano Lopez, Lexe Anderson (keduanya dari Brazil), dan Gustavo Chena (Argentina), serta beberapa pemain lokal yang lebih layak memperkuat tim ISL seperti Imral Usman, Suwita Pata, Deni Rumba, Heri Susilo, atau Restu Kartiko.
Namun, justru dengan bergabungnya pemain-pemain itu, Ahmad Muhariah yang baru tahun ini dipercaya sebagai pelatih kepala setelah dua tahun hanya menjadi asisten pelatih menghadapi persoalan sulit. Kini ada dua risiko yang dihadapinya, yakni sukses meloloskan PSIS ke ISL dan melambungkannya sebagai pelatih papan atas atau terpuruk dan membuat nama baiknya terjun bebas.
"Saya berterima kasih telah diberi kepercayaan menjadi pelatih kepala PSIS. Dengan pemain-pemain papan atas ini, memang seharusnya saya mudah memenuhi target. Tapi, sebetulnya ini jadi tantangan sekaligus beban tersendiri bagi saya. Saya membayangkan kalau pertandingan pertama di kandang dan hanya seri, saya pasti dihujat habis-habisan," kata mantan gelandang PSIS saat juara kompetisi perserikatan 1987 itu.
Tidak ada pilihan bagi Muhariah -sapaan karib Ahmad Muhariah- untuk menjawab tantangan tersebut dengan berpikir keras dan bekerja keras. Saat ini pemain sudah komplet di semua lini. Tinggal menambah satu-dua pemain lagi untuk melapis pemain yang ada.
Jika kompetisi Divisi Utama dimulai pertengahan November, praktis Muhariah hanya punya waktu sebulan untuk mematangkan komposisi dan meracik strategi.
"Jadi, saya harus bisa meramu antara pemain-pemain berpengalaman ini dengan pemain-pemain muda seperti Reza Dini, Ricky Kristendi, serta Safri Umri agar mereka bisa bekerja sama dengan baik," jelasnya.
Muhariah yang berlisensi kepelatihan B tidak begitu familier dengan pola sepak bola modern gaya flat 4-4-2. Dia mengatakan lebih suka pola pakem sepak bola Indonesia, yakni 3-5-2 atau 3-4-3. Itu akan dipraktikkannya di PSIS.
"Yang saya khawatirkan, Cristiano Lopez dan Chena sudah terbiasa dengan 4-4-2 dan akan kaget dengan 3-5-2. Itu yang jadi pekerjaan berat saya nanti. Mereka harus terbiasa dengan pola yang saya maui," tambah pria asli Kalimantan tersebut. (jawapos)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, memberi saran atau masukkan tentang posting ini.