05 September 2009

Bola Pingpong Soal Dana PSIS

Cyber News : Kabar KONI Kota Semarang bakal setuju ’dinunuti’ dana PSIS (Semarang) dalam pengajuan anggaran APBD memang cukup mengagetkan. Pasalnya, sebelumnya KONI menolak dengan alasan tak terkait dengan ranah olahraga profesional dan takut melanggar hukum.

Diduga wacana tersebut muncul karena manuver salah satu oknum pengurus KONI Kota Semarang.

Ketua Umum KONI Kota Semarang, Bambang Wuragil, justru terkejut jika ada kabar institusinya telah menyetujui untuk ikut menggolkan dana PSIS. ’’Wah, saya kok belum tahu perkembangannya. Silakan tanya kepada pengurus yang telah menyatakan hal tersebut,’’ kata Bambang di Semarang, pagi tadi.

Sebelumnya Sekretaris KONI Kota Semarang Nurul Achmad kepada wartawan menyatakan bahwa KONI Kota Semarang bersedia ’dititipi’ dana PSIS melalui Pengcab PSSI Kota Semarang.


Sementara itu Ketua Lembaga Pengkajian Hukum dan Kebijakan (Lephuka) Jateng, Fuad Abdullah mengharapkan KONI Kota Semarang tidak terburu-buru mengambil langkah untuk pengajuan pendanaan PSIS melalui pengajuan anggaran di APBD Perubahan 2009 ini.

Menurutnya, KONI semestinya tidak sekadar menyetujui pendanaan PSIS tersebut, namun juga wajib memahami peraturan terkait hal itu.

”Tidak saja sekadar mengacu pada undang-undang pendanaan olahraga, namun mereka juga harus memahami aturan hukum lain terkait hal itu. Jangan sampai KONI Semarang ini dikatakan plin-plan oleh masyarakat, kemarin menolak sekarang malah memohon," ujarnya.

Terkait pendanaan itu sendiri, Fuad menyatakan ada hal-hal yang harus dipenuhi sebagai syarat bagi PSIS untuk mendapatnnya. Di antaranya adalah menunjukkan prestasi terbaiknya serta mampu membuktikan kepada masyarakat bahwa PSIS sebenarnya dapat mengail profit dari sisi keuangan, terlebih jika PSIS sudah berubah menjadi badan usaha.

"Harus ada kesepakatan joint operation dan semacamnya, sehingga PSIS ini tidak sekedar meminta dan meminta namun juga memberikan profit yang menguntungkan bagi Pemkot Semarang," tegasnya.

Fuad meminta agar kalangan dewan juga harus bijak dan berhati-hati menyikapi hal ini. Pasalnya, pendanaan PSIS berulang kali diajukan dalam berbagai bentuk dan selalu saja ujungnya adalah mengandalkan sumber APBD.

Sekum KONI Kota Semarang, Nurul Achmad, membenarkan pihaknya telah menyetujui untuk ikut memperjuangkan dana PSIS melalui APBD. Alasan yang dijadikan dasar bagi KONI, yaitu adanya perundangan-undangan yang menggariskan bahwa KONI ikut bertanggung jawab terhadap pembinaan olahraga amatir dan profesional.

KONI ikut membina agar olahraga amatir dan profesional bisa berkecukupan. Kecuali itu, KONI telah melakukan studi banding ke daerah lain, seperti Jepara dan Batang. Ternyata, tim di dua kota tersebut masing-masing Persijap dan Persibat juga memperoleh anggaran dari APBD.

Hanya saja Nurul menegaskan, bahwa terkait dengan mekanisme anggaran ini, KONI Kota Semarang tidak menerima proposal pengajuan anggaran dari PSIS, namun dari PSSI Kota Semarang, sebagai induk organisasi olahraga di bawah anggota KONI. "Jadi nantinya mekanismenya dari PSIS ke PSSI dulu, baru ke KONI. Jika dulu, PSIS langsung melalui KONI dan anggaran yang diajukan juga njomplang, kami mengajukan Rp 11 miliar, sedangkan PSIS Rp 20 miliar, jadi langsung kami tolak," kata Nurul, Sabtu (5/9) pagi tadi.

Amatir prioritas
Disinggung bahwa ada kemungkinan PSIS tetap mengajukan dana besar, sehingga bisa menciptakan kecemburuan cabang olahraga lainnya? Nurul Ahmad menandaskan, tak menampik bahwa pembinaan sepakbola, apalagi profesional, butuh dana yang besar.

"Tapi sekali lagi, saat kami mempelajari perundangan yang berlaku, ada dua item yang harus diperhatikan, yaitu memprioritaskan yang wajib-wajib dulu dan melihat potensi keuangan daerah. Jadi tidak asal dalam mengajukan dana," kata Nurul.

Dia juga menandaskan, dalam pengajuan dana, KONI tetap akan memprioritaskan anggaran dana untuk cabang olahraga amatir daripada olahraga profesional. Saat ini, anggaran yang harus digolkan adalah bonus untuk atlet yang meraih prestasi di Porprov 2009.

"Iya dong, KONI kan selama ini mengurusi olahraga amatir, jadi ya memperjuangkan dulu yang amatir. Kami mengajukan anggaran lagi Rp 7,5 miliar dalam perubahan anggaran APBD untuk penghargaan atlet," imbuhnya.

Sedangkan Ketua Pengcab PSSI Kota Semarang, Anggoro Mardi Husodo atau akrab disapa Yoyok Mardijo mengakui, pihaknya sudah menerima pengajuan anggaran dari PSIS sebesar Rp 8 miliar untuk persiapan tim menghadapi Kompetisi Divisi Utama. "Karena, ternyata kami bisa mengajukan dana untuk PSIS, saya kira tak ada masalah. Kami sih siap-siap saja," kata Yoyok.

Yoyok memandang, PSIS memang perlu dibantu lewat dana APBD. Pasalnya, berdasarkan pengamatannya kondisi tim kebanggaan Kota Semarang memprihatinkan setelah tak dikucur dana APBD.

"Kasihan juga kalau tak dibantu. Kenyataannya memang begitu. Pemainnya banyak yang lari, dan prestasinya menurun, " katanya.

Namun Yoyok berpesan, setelah mendapat dana APBD, PSIS harus bisa menyiapkan program yang jelas dan target yang dicapai. Selain itu, harus mampu memberikan laporan dan transparansi keuangan yang jelas. Sehingga kalangan legislatif bisa membantu. (wawasan)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, memberi saran atau masukkan tentang posting ini.

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP