Wahai Suporter PSIS Semarang, Dengarlah Apa Kata Bang Rhoma
Mencari teman memang mudah, apabila itu teman suka. Mencari teman memang mudah, apabila itu teman senang .. Ya, itu penggalan lagu dangdut milik bang Rhoma. Mencari teman di meja makan, di ruang pesta, sangatlah mudah. Karena kita sedang makmur, sedang berlimpah. Semua mendekat, semua mau jadi kawan. Mereka boleh mengambil semua makanan yang disajikan, dimakan sampai perut kenyang dan hati senang. Everybody happy. Tanpa harus memberi, tanpa harus membayar apapun.
Tapi mencari teman disaat susah, tidaklah mudah. Disaat kita tak bisa lagi menggelar pesta. Disaat kita tak bisa lagi menyediakan makanan yang enak. Disaat kita tak lagi menyiapkan sesuatu yang bisa ’diambil’. Semua menjauh dan menjaga jarak. Saat dompet menipis dan tak ada uang untuk membayar tagihan listrik dan air, tak ada yang datang membantu meskipun sebelumnya mereka ikut berpesta. Saat tagihan laundry datang, tak ada yang mau membantu meski saat itu merekalah yang mengotori taplak meja dengan tumpahan makanan dan minuman saat berpesta. Itulah yang sering terjadi. Tak mudah mencari teman disaat susah.
Lagu diatas tentulah dikarang syairnya oleh bang Rhoma bukan sekedar mencomot kata. Pastilah itu merupakan sebuah pengalaman empiris dari realita ditengah kehidupan manusia.
Ilustrasi diatas sengaja kami jadikan bahan perenungan untuk mengetuk hati para suporter setia PSIS. Yang selama ini selalu meneriakkan yel yel penyemangat untuk tim kesayangannya. Merasa ’memberi’ dukungan, ’memberi’ perhatian. Merekalah yang selama ini menjadi bagian integral dari tim PSIS. Karena suporter adalah roh dari sepakbola. Atmosfir stadion tak bakalan menggetarkan hati tanpa kehadiran mereka. Merekalah yang selama ini juga ikut berpesta dengan PSIS. Pesta kemenangan. Juga meratap sedih saat PSIS menelan kekalahan. Ikut menikmati cipratan fasilitas kemudahan saat PSIS masih digelontor APBD.
Wahai suporter setia PSIS, tetaplah bersama kami mengarungi perjalanan terjal yang membentang didepan kita. PSIS sekarang (dan seterusnya) akan berjuang tanpa APBD. Mengarungi roda kompetisi yang membutuhkan dana milyaran rupiah semusim tanpa APBD adalah tugas berat yang memerlukan banyak pengorbanan. Sepakbola nasional yang selama ini dimanjakan oleh APBD dan dikelola ala organisasi sosial, sekarang ini menapaki tahapan krusial. Siapa tak bisa survive, maka lewatlah dia. Karena itu mindset kita harus berubah. Ini saatnya PSIS dikelola secara profesional, bukan ala sosial.
Manajemen akan memeras otak dengan segala kreativitas yang memungkinkan untuk mempertahankan posisi PSIS agar bisa bertahan di Liga Super. Tidak terkena degradasi. Dan itu semua memerlukan kontribusi militan dari semua suporter. Ayo penuhi bangku bangku stadion, dengan masuk stadion membeli tiket. Selembar tiket yang anda beli dengan harga normal akan memberi kontribusi yang sangat berharga untuk kelangsungan hidup PSIS. Buktikan bahwa suporterpun bisa menjadi teman disaat susah.
Ini saatnya ’memberi’, bukan mengambil. Berbanggalah bila suporter masuk stadion dengan membeli tiket. Bukan berbangga jika bisa melompati pagar stadion yang tak seberapa tinggi. Berbanggalah jika bisa menyaksikan pertandingan dengan tertib dan santun, supaya tidak ada properti stadion yang rusak karena tindakan anarkis, karena itu semua membebani keuangan PSIS yang harus menanggungnya. Berjiwa besarlah menerima apapun hasil pertandingan, karena itu bukanlah pekerjaan yang sia-sia.
Harga tiket yang anda beli sudah dibayar lunas oleh cucuran keringat para pemain yang berjuang penuh semangat di tengah lapangan. Hiburan dan drama penuh emosi yang telah dinikmati selama 2x45 menit sudahlah cukup untuk membayar lunas sekian Rupiah yang anda keluarkan. Jangan menuntut lebih, dan mencari kompensasi jika hasil akhir pertandingan tak sesuai dengan kemauan kita.
Saat pertandingan away, tim sangat bersukacita jika ada organisasi suporter yang mengirimkan anggotanya untuk memberikan dukungan sampai diluar kota. Itu bentuk kecintaan yang besar terhadap PSIS. Tetapi kami pihak manajemen sangatlah berharap bahwa itu hanya dilakukan jika rombongan tersebut memang mampu membiayai misi dukungan tersebut secara mandiri. Jangan pernah mengharapkan ada fasilitasi oleh manajemen berupa bantuan tiket gratis, transportasi, apalagi bantuan logistik (air minum atau nasi bungkus), karena itu akan membebani keuangan PSIS. Berangkatlah mendukung jika memang mampu. Doa dari kota Semarangpun sudah lebih dari cukup daripada berangkat mendukung tapi membebani manajemen.
Akhir kata, atas nama manajemen PSIS yang baru, dengan visi menjadi klub sepakbola profesional yang MANDIRI dan BERPRESTASI, kami berharap rekan-rekan suporter mau menghayati apa kata bang Rhoma, untuk bersedia jadi teman PSIS disaat susah. Jangan tinggalkan kami, coy ..... Salam PSIS !
Ditulis oleh;
Ir. ARI WIBOWO
Manager Operasional PSIS Semarang
1 komentar:
oke pertama komen neh...
ngomong2 jadi ingat masa lalu waktu bang rhoma konser di GOR Simpanglima....salam ndangdutz..
jebule mas AW penggemar bang rhoma juga, moga2 setelah konser di amrik tertarik manggung di Semarang setelah liat blog ini ada manajer PSIS yg jadi penggemar berat.
oke back to topic...
emang untuk menjadikan PSIS benar2 profesional tidak mudah n butuh waktu yang panjang apalagi PSIS dulunya adalah klub plat merah, tentunya punya 'budaya' sangat berbeda. Mulai dari pengurus sampai pada suporter sangat bergantung pada aliran dana 'rakyat'. Kini ketika PSIS punya semangat tuk menuju profesionalisme saya pribadi setuju cuman manajemen juga harus bisa mengubah 'budaya-budaya' saat PSIS masih plat merah, termasuk dari kepengurusannya sampe pada suporter. sanggupkah manajemen..??? Karena saya suporter imbaun mas AW sangat bagus utamanya melihat kemampuan pendanaan tim namun kalo bisa jangan cuman lips service...ajaklah suporter bicara/diskusi terutama kami di SNEX yang bukan cuman ndukung di jatidiri bahkan sampe ke palembang hanya untuk PSIS. Mohon rangkulah suporter bukan cuman saat dibutuhkan saja ajak diskusi/bicara demi kemajuan bersama. tidak dipungkiri ketika tour ke luar kota ada harapan perhatian dari pihak manajemen dan dulunya budaya itu pun didukung manajemen. Sekarang ketika mas AW punya ato manajemen baru PSIS punya semangat dan visi yang baru untuk menjadikan PSIS Mandiri dan Profesional sangat berharap pada perubahan perilaku suporter namun hal itu tidak semudah membalikan telapak tangan, butuh kemauan untuk berubah dari manajemen PSIS terutama dalam mensikapi suporternya, rangkulah suporter ajaklah bicara karena kami juga salah satu pilar di PSIS entah apakah dari sisi manajemen kami dipandang sebagai salah satu stakeholder di PSIS atao hanya penikmat belaka. Saya pikir wajar suporter banyat nuntut dari prestasi hingga ke lain-lain, ya karena kami rasanya sangat jauh dengan manajemen apalagi ko akhir2 ini terasa dibawa ke suatu arus atau kepentingan tertentu.
Mungkin suatu saat mas AW bisa ngisi di forum diskusi rutin yang biasa kami lakukan di komunitas ini.
Saya memang tak pandai berkata2, bila ada kata2 yang tak berkenan mohon maaf itu semua bukan karena saya benci tapi karena saya begitu cinta dan sayang kepada PSIS.
Bravo dan Maju terus manajemen baru PSIS........bagi kami suporter demi PSIS caci maki sampe hujan batu sudah biasa. Jadi suporter ndak ada pensiunnya.
Salam rewo-rewo..........
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, memberi saran atau masukkan tentang posting ini.