Model Tukang Kritik Ala Sepakbola
-
Penonton dan Supporter: Teriakannya paling keras, bahasanya cenderung bebas tanpa tedeng aling-aling, provokatif, gampang mencaci dan kalau perlu siap adu jotos. Paling pintar kalau soal mengomentari dan mengkritik para pemain/tim. Kalau timnya kalah, yang disalahkan: wasit (tidak adil), pemain (jelek), pelatih (gak jitu strateginya), tim (gak kompak), tim lawan (pake pake dukun kali). Tapi kalau ia sendiri diminta bermain di lapangan, jangankan main bola secara profesional, lari setengah lapangan saja bisa keburu pingsan duluan.
-
Komentator: Merasa paling banyak tahu, merasa ahli dalam soal prediksi, merasa paling tahu soal taktik, pokoknya merasa paling tahu soal sepakbola. Kalau mengkritik tajam sekali. Kalau memprediksi hasil pertandingan yakin sekali, kalau ditanya soal sepakbola fasih sekali. Kalau diminta main bola? Sama seperti nomor satu, gak bisa. Kalaupun bisa, ya pas-pasan lah. Itu juga kalau komentatornya mantan pemain bola. Kalau prediksinya meleset, biasanya berujar, “bola itu bundar…”.
-
Pemain Cadangan: Biasanya hanya duduk, sekali-sekali ikut teriak, ngedumel, ngomentarin temannya sendiri di lapangan. Kalau diminta main? Siap! Sekalipun belum tentu mainnya lebih bagus dari teman-temannya.
-
Pelatih: Ahli strategi, bisa membangun tim, hafal sekali soal sepakbola, punya kekuasaan untuk mengambil keputusan. Kalau diminta main? Ok, siap! Asal jangan 2×45 menit saja!
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, memberi saran atau masukkan tentang posting ini.