26 September 2008

Hati-hati Cah neng Lebak Bulus ... !!


Cyber News : Pertarungan papan bawah PERSITARA Jakarta Utara dengan PSIS Semarang, besok malam Sabtu (27/09/08), mulai jam 20.30 akan berlangsung menarik. Nilai mutlak (point 3) wajib diraih kedua belah tim ini, kalau tidak semakin terjerembah di lubang zona degradasi.

Selain di lapangan, pertandingan ini mendapat perhatian ekstra, dari jajaran BLI, Komdis, pers, dan Aparat Keamanan setelah Kasus tewasnya seorang suporter Persitara (NJ Mania) oleh sekelompok oknum tak dikenal (20/09/08). Pihak Polda Metro Jaya kini masih melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.

Penjagaan berlapis akan dilakukan oleh Polda Metro Jaya di dalam dan luar Stadon Lebak Bulus, dan pengawasan ketat terhadap suporter NJ Mania dan Suporter dari Semarang (SNEX), pasca tewasnya suporter Persitara. Selain itu penjagaan juga di lakukan di lokasi kejadian di sekitar tol Lebak Bulus.

Pesan Buat Snexer yang ke Jakarta.


Selalu menjaga nama baik Kota Semarang dan SNEX dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menimbulkan konflik. Ingat kita jauh-jauh untuk mendukung PSIS Semarang, jadikanlah teladan buat suporter lain, bahwa SNEX Anti Rusuh dan cinta damai. Image itu sudah terbukti dan harus kita pertahankan sampai sekarang dan nanti. "Hati-hati provokator, ra sak di tanggepi, menang kalah kudu berhati legowo, menang ora umuk kalah ora ngamuk"

Kita berharap semoga PSIS bisa bangkit, dan meraih point penting di Jakarta besok. Kemenangan PSIS merupakan THR + BONUS buat suporter dan pencinta PSIS di tanah air.

[+/-] Selengkapnya...

25 September 2008

AM : "Kembali ke formasi lama"

Skuad PSIS (Semarang) akan kembali ke formasi lama ketika bertemu tuan rumah Persitara (Jakarta Utara) dalam laga lanjutan Indonesia Super League (ISL) 2008 di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (27/9) lusa.

’’Melihat situasi yang ada saat ini, kemungkinan ada perubahan formasi tim. Formasi 4-4-2 yang biasa dipakai mungkin akan berubah menjadi 3-4-3 atau 3-5-2,’’kata Asisten Pelatih PSIS, Ahmad Muhariah, Rabu (24/9).

Muhariah menjelaskan, dia sudah berdiskusi dengan pelatih kepala Bambang Nurdiansyah perihal formasi ini. Terlebih formasi 4-4-2 yang digunakan sebelumnya masih kurang optimal dan membutuhkan pemahaman yang lebih dari Idrus Gunawan dkk.

’’Formasi 4-4-2 belum dipahami secara maksimal oleh anak-anak. Jika menggunakan formasi ini dibutuhkan pemain yang mempunyai tingkat pengalaman dan teknik yang baik,’’tambah Muhariah.

Pertimbangan lain adalah melihat pengalaman pertandingan sebelumnya. Dengan formasi 3-4-3 atau 3-5-2 pola serangan yang dibangun anak-anak PSIS bisa berkembang. ’’Dengan formasi ini pemain tengah jumlahnya akan lebih banyak. Ini penting untuk menguasai lini tengah permainan,’’urai Muhariah.

Sementara itu dipastikan Onambele Basile Jules tidak dapat memperkuat tim, ketika dijamu tim berjuluk Laskar Si Pitung. Pemain yang menempati pos gelandang ini terkena akumulasi kartu ketika bermain melawan Persib (Bandung), Senin (22/9) lalu.

Lini belakang


Meski demikian tim pelatih tidak masalah dengan absennya Onambele. Apalagi jika nanti benar-benar menggunakan formasi 3-5-2 atau 3-4-3, otomatis lini belakang sudah optimal dengan tiga pemain bertahan.

’’Jika memakai formasi 3-5-2, tiga pemain akan mengisi pertahanan. Mungkin akan memasang Deni Rumba, Idrus Gunawan, dan Edson Leonardo,’’tambah mantan kapten tim PSIS ini.

Menjawab pertanyaan kemungkinan Johan menjadi starter dan ditandemkan dengan Gaston Castano di lini depan, Muhariah mengatakan belum memutuskan. Pihaknya bersama Bambang Nurdiansyah akan membicarakan lagi mengenai hal itu.

’’Untuk striker pendamping Gaston belum ditentukan. Perlu pembicaraan lagi, apalagi ada Salomon Bengondo dan Didik Darmadi,’’katanya.

Punggawa PSIS akan mencoba Stadion Lebak Bulus, Jumat (26/9) lusa. Semua pemain dan ofisial menginap di wisma pemkot Cibubur, Bogor. Semua kondisi pemain tidak mengalami masalah dan waktu recovery selama empat hari dimanfaatkan untuk mengembalikan tenaga sebelum pertandingan.

’’Kami setiap hari latihan ringan di lapangan Pramuka di daerah Cibubur. Ini penting untuk menjaga kondisi fisik pemain menjelang lawan Persitara,’’pungkas Muhariah. (wawasan)

[+/-] Selengkapnya...

24 September 2008

Konflik Multikultur di Balik Gemerlap Sepakbola

Sepakbola, sebuah olah raga yang berasal dari daratan Inggris, telah menempatkan dirinya sebagai olah raga paling populer di muka bumi ini. Popularitas olahraga ini nyaris berlaku di setiap negara, dengan pengecualian beberapa negara, seperti di Amerika Serikat di mana American football dan bola basket lebih populer dibandingkan dengan sepakbola, di India dan Pakistan di mana kriket menjadi olahraga yang paling banyak digandrungi oleh penduduknya. Namun, bukan berarti sepakbola di negara-negara tersebut kehilangan rohnya untuk menjadi olahraga nomor satu. Buktinya di tahun 1994, Amerika Serikat sukses menyelenggarakan Piala Dunia (World Cup) dan di luar dugaan penyelenggaraan Piala Dunia di Amerika Serikat mencatat rekor sebagai pertandingan Piala Dunia yang paling banyak ditonton oleh suporter yang datang membanjiri stadion yang menjadi venue dari babak penyisihan sampai final yang mengantarkan Brasil sebagai juara dunia untuk keempat kali.

Di tahun 2006, nyaris seluruh mata penggemar olahraga tertuju pada Piala Dunia yang diselenggarakan di Jerman. Tiket pertandingan terjual habis, bahkan jauh hari sebelum penyelenggaraan pertandingan. Berbagai stasiun televisi di seluruh dunia berusaha memperebutkan hak siar pertandingan Piala Dunia yang harganya tidak terbilang murah. Begitu pula dengan berbagai industri yang berusaha melakukan pemasaran produknya dengan menjadi sponsor Piala Dunia. Media massa, baik cetak, elektronik maupun cyber mem-blow up even ini dengan berbagai sudut pandang. Media olahraga menambah jumlah halamannya demi pemuatan pemberitaan Piala Dunia yang lebih komprehensif bagi pembacanya, media ekonomi memuat kajian ekonomi penyelenggaraan Piala Dunia dan koran harian umum menambah suplemen khusus Piala Dunia. Iklan-iklan saling berlomba-lomba untuk menjadi lebih bernuansa sepakbola walaupun produk yang diiklankan tidak menjadi sponsor resmi Piala Dunia.

Nonton bareng Piala Dunia marak di berbagai tempat, mulai dari nonton bareng yang resmi digelar oleh sponsor resmi Piala Dunia di kafe sampai lapangan luas maupun nonton bareng “tidak resmi” yang berlangsung di sudut-sudut gang yang sempit. Demam Piala Dunia tak pelak lagi menjalar secara cepat dan massif. Layaknya menjadi aneh jika tidak ikut demam Piala Dunia. Bagaimanapun juga sepakbola bukan lagi semata-mata olahraga, namun telah bergeser menjadi sebuah industri budaya ( Joseph dan LaRose, 1997 : 46).

Sepakbola dan Isu Multikultur


Menariknya, isu-isu politik dan budaya kembali menghangat dalam penyelenggaraan Piala Dunia kali ini. Isu politik yang terutama adalah wacana pencekalan tim nasional (timnas) Iran yang banyak disuarakan oleh Amerika Serikat dan para sekutunya karena keengganan Iran untuk menerima inspeksi dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dalam industri uraniumnya yang dituduh oleh Amerika sebagai pengayaan uranium sebagai sarana pembunuh missal. Isu politik ini kemudian merembet ke isu kultural, tatkala para pendukung Neo Nazi mengungkapkan rencana mereka untuk mendukung timnas Iran dalam setiap pertandingan yang mereka lakoni, terutama setelah pernyataan Presiden Iran, Ahmajinejad bahwa holocaust yang menimpa kaum Yahudi semasa Perang Dunia II oleh Adolf Hitler adalah omong kosong belaka. Statemen yang tentu saja mengundang simpati para pendukung Neo Nazi yang memendam kebencian dan prasangka terhadap kaum Yahudi.

Ancaman kaum Neo Nazi ini mengingatkan kita pada Liga Italia (Seri A) yang di tahun 2005/2006 semakin sering diwarnai rasisme. Pemain-pemain berkulit hitam seringkali menerima teror suporter yang meneriakan suara-suara monyet. Bahkan, Zorro, pemain klub Mesina yang kebetulan berkulit hitam pernah mogok bertanding saat menerima teror rasis dari pendukung Inter Milan saat kedua klub bersua di San Siro, Milan dalam putaran Seri A tahun 2005/2006. Spanduk-spanduk dengan kalimat rasis berdampingan dengan spanduk bernada fasis yang seringkali dihiasai gambar Benito Musolini, pemimpin fasis Italia di tahun 1930-an sampai akhir Perang Dunia kedua, menjadi alat teror bagi pemain non kulit putih kerap dijumpai di tribun suporter . Fenomena simbol-simbol kultural yang meresahkan otoritas sepakbola Italia (FIGC) ini kemudian memaksa FIGC mewacanakan pelarangan suporter membawa spanduk ke dalam stadion.

Di La Liga Spanyol dan Premier League Inggris fenomena serupa juga marak terjadi dengan beberapa fenomena yang bersifat khusus. Di Spanyol misalnya, konflik orang-orang Catalan dengan pemerintah pusat Spanyol terjadi dalam pertarungan simbol budaya antara Barcelona dan Real Madrid. Begitu pula saat Real Madrid bersua dengan Barcelona. Pemain kedua kesebelasan papan atas di tanah Spanyol ini nyaris tidak pernah lepas dari peseteruan dan drama yang menghebohkan di lapangan dan juga di media, bukan hanya media massa di Spanyol namun juga di seluruh dunia. Salah satu klimaksnya adalah tatkala Luis Figo, yang selama bertahun-tahun menjadi pahlawan Catalan, memutuskan hijrah ke Real Madrid, suporter Barcelona segera mengutuknya dengan mentasbihkan Figo sebagai pengkianat. Ludah suporter di Nu Camp acapkali menghampiri Figo yang tengah bersiap melakukan tendangan pojok ke arah gawang El Barca ketika ia yang telah berbaju Los Galaticos bermain di atas rumput Nu Camp. Puncaknya adalah ketika kepala babi dilemparkan ke arah Figo yang bersiap menendang bola dari pojok lapangan. Klimaks yang lain adalah saat Barcelona merayakan kemenangannya sebagai juara La Liga tahun 2005, Samuel Eto’o striker Barcelona yang dulunya disingkirkan dari skuad Los Galaticos, mengumpat mantan klub yang telah menyingkirkannya. Umpatan yang kemudian mengharuskannya meminta maaf dan berbuah denda dari Federasi Sepakbola Spanyol.

Di Inggris, beberapa pemain asli Inggris kerap menjadi santapan empuk media karena sering berurusan dengan polisi melalui tindakan rasial yang mereka lakukan, bahkan di luar pertandingan, seperti yang dilakukan oleh Lee Bowyer pemain kontroversial asal Newcastle United yang melakukan penyerangan terhadap pemuda imigran Asia di tahun 2005.

Konflik multikultur yang diawali oleh perang simbol ini juga merambah ke Liga Indonesia (Ligina). Setiap pertandingan antara Persija Jakarta melawan Persebaya Surabaya bisa dipastikan atmosfer pertandingan menjadi jauh lebih panas jika dibandingkan dengan pertandingan-pertandingan lain yang dimainkan keduanya melawan klub-klub lain. Panasnya suhu di tengah lapangan hijau tidak jarang memancing pemain kedua klub untuk saling jegal kaki dan dorong-mendorong. Lebih ganas lagi adalah perseteruan antara pendukung kedua kesebelasan yang dikenal militan dan fanatik. Jakmania dan Bonek sempat beradu fisik bahkan sebelum pertandingan antara kedua klub yang mereka dukung dalam pertandingan delapan besar Liga Indonesia tahun 2005 di Stadion Gelora Bung Karno. Dengan alasan untuk menghindari benturan kedua suporter yang akan menyebabkan bonek disinyalir akan di sweeping oleh Jakmania bahkan telah menyebabkan manajemen Persebaya mundur dari pertandingan penyisihan delapan besar, dan dampaknya Persebaya harus turun ke kasta divisi satu sebagai bentuk hukuman PSSI terhadap tindakan Persebaya.

Satu musim sebelumnya, manajemen Persebaya menolak kedatangan Jakmania di Stadion Gelora Sepuluh November dalam pertandingan paling menentukan antakedua kesebelasan. Di bawah tekanan bonek, Persija yang datang ke Gelora Sepuluh November, Tambaksari Surabaya tanpa dukungan Jakmania lengkap dengan simbol-simbol Betawi yang dibawa oleh Jakmania dalam berbagai spanduk yang mereka rentangkan saat pertandingan, harus bertekuk lutut dan menyaksikan pemain dan suporter Persebaya bersorak menjadi klub pertama yang mampu dua kali merebut Piala Presiden.

Konflik antara Viking dengan The Jak juga tidak bisa dilupakan begitu saja. Jarak yang dekat antar kedua kota bukannya membuat pendukung kedua kesebelasan rukun, namun justru malah semakin membuat konflik diantara keduanya menjadi membara. Film dokumenter berjudul The Jak yang diproduksi Bogalakon Pictures bahkan secara jelas menampilkan provokasi suporter dari ibukota terhadap Viking. Adegan teatrikal sekelompok pendukung Persija yang menyiksa ”seorang berbaju Persib” sesaat sebelum pertandingan Persija menjadi salah satu bentuk provokasi yang nyata, begitu juga adegan penyerangan yang dilakukan The Jak terhadap Viking di tribun stadion dan belum lagi kata-kata yang secara agresif menyerang Viking.Tidak aneh jika kemudian suporter sepakbola selalu diidentikan dengan segerombolan anak muda yang suka berbuat onar, pengangguran dan tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi (Suyatna dkk, 2007:46).

Rivalitas Pusat Versus Daerah
Kedua rivalitas klub sepakbola di Indonesia dan Spanyol ini memiliki kesamaan. Real Madrid, sebagaimana juga Persija, adalah representasi dari pusat (core) yang selalu mengganggap dirinya harus menjadi lebih dengan yang lain dan jangan sampai terkejar oleh daerah, atau dengan kata lain pusat acapkali dihinggapi sindrom superioritas. Sedangkan Barcelona, sebagaimana pula Persebaya, merupakan bentuk representasi dari daerah yang lebih maju dibanding daerah-daerah yang lain, namun bagaimanapun juga tetap nomor dua setelah pusat atau dengan kata lain tetap menjadi “pinggiran” (periphery). Daerah dianggap sebagai subkultur yang berbeda dengan budaya yang berasal dari pusat (Gamble dan Gamble, 2005 : 37).

Pusat memandang daerah nomor dua, dan daerah pun tidak akan terima jika selalu dianggap sebagai nomor dua. Tak ayal, motivasi daerah seringkali sangat membara untuk mengejar pusat. Bara yang seringkali membakar rumput stadion dan tribun penonton melalui permainan yang keras dan saling umpat antarsuporter. Secara politik maupun ekonomi, daerah boleh nomor dua, namun tidak dalam ranah sepak bola, demikian kata orang daerah.

Dengan memakai semiotika Roland Barthes sebagai sebuah kaca mata analisis, rivalitas ketat antarkesebelasan yang merepresentasikan resistensi daerah terhadap dominasi dan hegemoni pusat sebagaimana terlihat dalam rivalitas Real Madrid dengan Barcelona dan Persija dengan Persebaya, dapat dilihat sebagai sebuah petanda (signifier) adanya sebuah resistensi kultural, sebuah perlawanan yang dilakukan daerah terhadap melalui simbol-simbol kultural yang berbentuk sepakbola dengan segala atributnya. Resistensi yang menunjukan adalah strategi pemisahan (separation strategy) daerah dalam relasi budayanya dengan pusat (Gamble dan Gamble, 2005 : 37)

Resistensi kultural daerah melawan hegemoni pusat melalui sepakbola tidak hanya terjadi dalam sebuah tatanan negara-bangsa (nation-state), namun juga terjadi dalam ruang lingkup yang lebih kecil yaitu lokalitas. Perseteruan abadi antara Persebaya dan Arema yang sering menyebabkan Bonek dan Aremania susah untuk berjabat tangan merupakan contoh konkret rivalitas daerah dengan pusat dalam ruang lingkup sebuah propinsi. Surabaya yang dalam tataran nasional duduk sebagai kota nomor dua setelah Jakarta, berada di urutan yang sama dengan Jakarta dalam tingkatan propinsi Jawa Timur. Setelah Surabaya, barulah Malang yang berhak menyandang nomor dua. Ketika Aji Santoso memutuskan hijrah dari Arema ke Persebaya di pertengahan tahun 1990-an, Aremania segera memahatkan namanya sebagai pengkianat. Sebuah kutukan yang sama yang diterima Figo ketika murtad dari tanah Catalan.

Bentrokan antara pendukung PSIS Semarang dan Persijap Jepara dalam derby Jawa Tengah yang panas membara di awal bulan Maret 2006 adalah petanda lain yang menunjukan rivalitas yang kuat antara Semarang sebagai pusat Jawa Tengah dan Jepara sebagai daerah yang tidak mau selalu dianggap sebagai inferior. Bentrokan berdarah yang membawa banyak korban berjatuhan karena bentrokan antarkedua pendukung kesebelasan merembet keluar lapangan dengan memakai pentungan dan senjata tajam.

Di Yogyakarta, kota yang terkenal dengan sopan santun budaya Jawa, konflik antara Brajamusti, pendukung setia PSIM Jogjakarta, dan Slemania, pendukung PSS Sleman juga tidak bisa dilupakan. Saat PSS belum memiliki stadion yang representatif di bilangan Maguwoharjo, Slemania terpaksa melintasi wilayah Kota Yogyakarta untuk mendukung PSS bertanding di Stadion Mandala Krida. Akibatnya sungguh fatal, provokasi Brajamusti di wilayah Brajamusti garis keras seperti di Gayam yang notabene merupakan salah satu akses utama ke stadion acapkali menimbulkan bentrokan fisik diantara warga Ngayogyakarta Hadiningrat ini.

Konflik ini kemudian diwariskan oleh Brajamusti kepada Paserbumi, pendukung Persiba Bantul, yang sebelumnya lebih mendukung PSIM daripada PSS. Bentrokan antara Slemania dan Paserbumi pecah tatkala kedua tim bertemu di Coppa Indonesia 2006 di Stadion Pacar, Bantul tatkala PSS bertamu ke Persiba.

Dengan memakai pendekatan Louis Althusser yang memandang ideologi sebagai sesuatu yang terdiri atas relasi imajiner (imaginary relationship) dan keberadaan material (material existence) sebagai perwujudan nyata sebuah ideologi, agaknya sepak bola telah menjadi sebuah ideologi resistensi orang daerah yang selama ini selalu dianggap nomor dua oleh pusat dan publik secara lebih luas (Payne, 1996 : 225). Ada relasi imajiner yang selalu menjiwai kesebelasan yang berada di daerah untuk tampil lebih fight saat berhadapan dengan kesebelasan yang berasal dari pusat. Ada juga pertandingan keras antarkedua kesebelasan yang acapkali diikuti bentrokan-bentrokan antarpemain di lapangan hijau dan suporter, yang berlangsung bukan hanya di tribun penonton namun juga di luar stadion yang menjadi bentuk nyata dari ideologi resistensi kultural daerah terhadap pusat melalui sepak bola.

”Etnosentrisme” dalam Perang Simbol
Suporter sepakbola pada umumnya berusaha menampilkan simbol kedaerahan mereka masing-masing. Sebagai sebuah keragaman budaya hal ini tentu wajar-wajar saja, namun yang menjadi menggelisahkan adalah simbol-simbol yang digunakan kerap diwarnai etnosentrisme (Lewis dan Slade, 1994 : 131). Pendukung Barcelona misalnya, selalu mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Catalan yang lebih superior. Identifikasi inilah yang kemudian membawa semangat etnosentrisme. Bagi pendukung Real Madrid, merekalah yang layak mengklaim dirinya sebagai nomor satu, karena bagaimanapun juga secara prestasi lebih monumental dibandingkan dengan Barcelona. Namun, pendukung Barcelona dapat berkilah bahwa prestasi Real Madrid tidak lepas dari “pilih kasih” pemerintahan pusat, terutama di masa Jendral Franco yang terkenal sebagai pendukung berat Real Madrid. Jendral inilah yang mengobarkan perang saudara di Spanyol di tahun 1930-an. Perang ini banyak memakan korban orang-orang Catalan sebagai akibat kebijakan Jendral Franco.

Partai Lazio dan Livorno di Seri A Italia adalah partai yang kerap diwarnai etnosentrisme Italia Utara yang lebih makmur dan Italia Selatan yang lebih miskin. Perseteruan yang kemudian merembet dengan melibatkan ideologi politik yang berseberangan, yaitu antara fasisme yang banyak dilekatkan dengan pendukung Lazio dan sosialisme-komunis yang banyak dilekatkan kepada pendukung Livorno. Tidak aneh jika kedua kesebelasan bertemu, ancaman bentrok antar tifosi (suporter) lebih besar kemungkinannya daripada jika mereka bertemu dengan kesebelasan lain.

Etnosentrisme ini juga mewabah di Ligina yang notabene diselenggarakan di negara yang jauh lebih multikultur dibandingan dengan Spanyol ataupun Italia. The Jak, nama lain suporter Persija selain Jakmania, selalu membawa spanduk besar bergambar Benyamin dengan baret ala Che Guevara saat mendukung Persija bertanding di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. The Lassak (Laskar Sakera), pendukung Persekabpas Pasuruan juga tidak mau kalah dengan menampilkan spanduk bergambar Sakera yang mengidentifikasi mereka sebagai orang Madura, walaupun Pasuruan sebenarnya secara geografis berada di Pulau Jawa namun kebanyakan penduduknya adalah pendatang dari Pulau Madura.

Tokoh dalam legenda lokal seperti Sakera memang kerap dipakai untuk menunjukan eksistensi subkultur daerah sebuah klub sepakbola di Indonesia. Persitara Jakarta Utara berusaha menunjukan eksistensi mereka sebagai keterwakilan budaya Betawi mengalahkan Persija, setidaknya mengalahkan Persija dalam klaim sebagai wakil subkultur Betawi, dengan menyebut diri mereka sebagai Laskar Si Pitung, sosok legendaris kaum Betawi yang berani mengangkat senjata melawan pemerintahan kolonial Belanda.

Persijap Jepara juga tidak mau ketinggalan dengan menyebut diri mereka sebagai Laskar Kalinyamat. Kata “Kalinyamat” mengingatkan pada sosok Ratu Kalinyamat seorang legenda lokal yang ditindas oleh rezim Sultan Trenggana pada masa peralihan Demak ke Pajang di masa awal kerajaan Islam di tanah Jawa. Jika demikian, bisa jadi jika dulu Ratu Kalinyamat berontak pada pusat yang bernama Demak, maka sekarang suporter Persijap saat ini mempersonifikasikan pusat sebagai PSIS. Tak heran pula jika terjadi kerusuhan saat kedua klub tersebut bertemu di lapangan hijau. Yang kemudian menjadi kian mengkhawatirkan adalah legenda-legenda lokal di atas digunakan sebagai simbol etnosentrisme yang mesuperiorkan budaya sendiri dan menganggap subkultur lain sebagai yang lain (the other) yang lebih inferior (Lewis dan Slade, 1994 : 131).

Pemakaian bahasa dan idiom lokal juga mewarnai atmosfer pertandingan Ligina. Aremania, suporter Arema, mengidentifikasi diri mereka sebagai “Kera Ngalam” yang berarti Arek Malang. Pembalikan huruf dalam sebuah kata yang oleh Saussure disebut sebagai anagram menjadi bentuk representasi lokalitas subkultur Malang yang bisa jadi adalah usaha orang Malang untuk berbeda dengan Surabaya yang menjadi pusat kekuasaan di Jawa Timur.
Nama Arema juga merujuk pada sebuah legenda kebanggaan Malang. Kidung Harsawijaya pertama kali mencatat nama tersebut tentang kisah Patih Kebo Arema di saat pemerintahan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari, yang menjadi penyokong utama politik ekspansionis dari Raja Kertanegara (Henry, 2007:97).

Binatang adalah simbol-simbol kultural yang juga sering digunakan untuk menunjukan eksistensi subkultur tertentu. Persebaya, dengan penuh kebanggaan menggunakan simbol ikan dan buaya. Simbolisasi ini tidak lepas dari legenda kelahiran kota Surabaya yang konon terjadi karena pertarungan antara Sura (ikan) dan Boyo (buaya).

Klub yang didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada tanggal 18 Juni 1927 dengan nama awal Soerabaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Penggunaan kata Indonesische ini menunjukan semangat nasionalisme dari arek-arek Surabaya, bahkan setahun sebelum sumpah pemuda dikumandangkan. Semangat nasionalisme ini kemudian semakin nyata ketika SIVB menjadi salah satu pendiri PSSI pada 19 April 1930 (Henry, 2007:98). Sayangnya semangat nasionalime ini kemudian berganti menjadi baju menjadi chaos, terutama andil para bonek yang menjadi pendukung garis keras Persebaya. Istilah bonek berasal dari Bahasa Jawa yang berarti modal nekat. Salah satu kekacauan yang disebabkan oleh bonek adalah partai perempat final Coppa Indonesia 2006 di Stadion Tambaksari Surabaya. Persebaya yang kalah pada gim pertama dituntut menang pada gim kedua. Tapi skor masih tetap 0-0, dan para bonek mulai berulah. Mereka menghancurkan dan membakar perangkat stadion, dan di luar stadion mobil Telkom, Anteve, TNI AL dan beberapa yang lain menjadi arang (Henry, 2007:99).

Tidak mau kalah dengan Persebaya, Arema yang selama ini menjadi rival Persebaya untuk menjadi nomor satu – setidaknya di Jawa Timur – memakai Singa sebagai logo mereka. Logo Singa yang digunakan oleh Arema tidak lepas dengan pendirian klub ini pada bulan Agustus yang dalam astrologi berarti Leo dan berlambang singa. Awalnya pamor Arema kalah mengkilap disbanding saudara tuanya, Persema Malang, namun kesuksesan Arema menjuarai Galatama pada edisi tahun 1992 merubah angin dukungan kepada Arema, dan lambat laun prestasi Persema yang menyurut berbanding lurus dengan semakin kecilnya dukungan yang mereka dapatkan dari para suporter di Malang.

Dilihat dari usia, Persebaya jauh lebih tua dari Arema karena klub ini telah berdiri sejak masa kolonialisme Belanda, sedangkan Arema baru berdiri tanggal 11 Agustus 1987. Namun jika kita melihat pada cerita fabel, pastilah raja hutan selalu dilekatkan pada singa bukan pada buaya atau ikan. Dari sini terlihat bahwa Arema secara tidak langsung melakukan klaim bahwa merekalah yang menjadi raja persepakbolaan, setidaknya di Jawa Timur, bukan Persebaya yang jauh lebih tua dan notabene berada di pusat kekuasaan propinsi di bagian timur Pulau Jawa ini.
Yang semakin membuat konflik ini mengeras adalah kemunculan koalisi antarkelompok suporter. Perang simbol melalui media internet mengawali konflik yang semakin terbuka dan meluas.

Akhir kata, sepakbola yang telah menjadi sebuah industri budaya, ternyata memendam bara konflik multikultur yang telah mulai mematik konflik di antara pemain dan tentu yang paling sering adalah suporter. Konflik yang terjadi di berbagai liga sepakbola di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia yang berbhineka tunggal ika ini. Lebih mengerikan lagi adalah adanya koalisi antarkelompok suporter yang menjadikan area konflik akan semakin meluas dan perseteruan juga bakal semakin mengganas.


Sumber : fajarjun.blogspot.com

[+/-] Selengkapnya...

22 September 2008

Berharap Buat Kejutan

Pelatih PSIS (Semarang) Bambang Nurdiansyah berharap pemain asuhannya dapat memberikan kejutan ketika bertemu dengan tuan rumah Persib (Bandung) dalam laga lanjutan Indonesia Super League (ISL) 2008, di Stadion Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Senin (22/9) malam ini. ’’PSIS memang banyak diperkuat pemain muda. Ibaratnya anak kemarin sore. Tapi bisa saja mereka membuat kejutan nanti. Ini yang kami diharapkan,’’ kata Bambang, Minggu (21/9) usai mencoba lapangan di Stadion Jalak Harupat, Soreang, Kababupaten Bandung.

Memang diakuinya, materi pemain PSIS saat ini sangat berbeda dengan tuan rumah Persib yang memiliki materi berkelas dan kemampuannya tidak perlu diragukan lagi.

’’Hanya saja, kami punya keuntungan dengan materi pemain muda. Mereka biasanya mempunyai semangat tinggi. Tenaga mereka diharapkan juga dapat mengimbangi pemain Persib. Yang saya harapkan anak-anak tidak main asal saja, tetap harus bermain dengan otak dan pikiran,’’ tambahnya.

Selain itu BN mengatakan, skuad asuhannya tidak perlu silau dan gugup dalam laga malam nanti. Memang lawan kali ini mempunyai pemain yang lebih baik dari skuad besutannya. Namun diharapkan, anak asuhnya tetap percaya diri dan tenang dalam laga selama 90 menit nanti.

’’Kami berharap, anak-anak tidak perlu gugup dan silau dengan Persib. Jika hal ini terjadi akan dapat mempengaruhi permainan,’’ harap BN.

BN mengakui, tidak punya strategi khusus melawan Persib. Bambang hanya berharap, timnya benar-benar kuat baik stamina maupun mental menghadapi tim sekelas Persib.

’Kami akan perkokoh lini belakang. Selain itu di lini depan jangan sampai membuang peluang. Manfaatkan sebaik mungkin peluang menjadi gol. Karena itu anak-anak butuh stamina ekstra. Mental juga harus kuat, karena Persib akan didukung ribuan bobotoh,’’ urai BN.

Sementara itu mengenai target sendiri, BN mengatakan, akan realistis dalam laga klasik tersebut. Terpenting anak asuhnya bermain sebaik mungkin.

Main lepas


Senada dikatakan Manajer Teknik PSIS Setyo Agung Nugroho, diharapkan Idrus Gunawan dkk dapat bermain lepas dan tanpa beban dalam laga nanti. Dia juga mengharapkan Idrus dkk dapat memperhatikan permainan terbaiknya.

’’Anak-anak diharapkan bermain sebaik mungkin. Masalah menang atau kalah itu soal belakangan. Apalagi dalam sebuah pertandingan wajar ada yang menang dan kalah. Tapi terpenting jangan menyerah dahulu. Harus berjuang semaksimal mungkin,’’ tambah Agung.

Sementara itu gelandang andalan PSIS Onambele Basile kemungkinan dapat diturunkan pada laga malam nanti. Meski satu hari sebelumnya sempat membuat was-was terkait sakit flu. Namun melihat perkembangan yang membaik kemarin, harapan untuk memperkuat lini belakang akan dapat terwujud.

Fisik pemain PSIS sendiri dipastikan akan cukup optimal. Apalagi masa recovery yang lama selama beberapa hari diharapkan dapat membantu performa mereka dalam laga malam nanti. (wawasan)

[+/-] Selengkapnya...

19 September 2008

Selamat Jalan Bang Ronny ...

Dunia sepakbola Indonesia kembali berduka, putra terbaiknya Ronny Pattinasarani, salah satu pesepakbola nasional dipanggil ke pangkuan Illahi, pada Jumat (19/9) sekitar pukul 13.30 WIB, di RS Omni Medical Center, Jalan Pulo Mas Barat VI, No. 20, Jakarta.

Ronny menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 59 tahun, setelah divonis dokter menderita kanker liver, dikarenakan terlalu lelah aktivitasnya sebagai pengurus tim sepakbola. Ronny sempat dirawat di RS Medistra Ruang 527.Kanker liver yang menimpa Ronny sudah sangat kronis.


Kanker yang ada diderita mantan pelatih Petrokimia Putra Gresik itu, sudah masuk stadium empat. Untuk melepaskan cengkeraman penyakit ganas tersebut, Ronny harus menjalani perawatan di luar negeri. Tepatnya di Rumah Sakit Buddha, di Guangzhou, Tiongkok. Rumah sakit itu tercatat sebagai pusat perawatan kanker terkemuka di Asia.

Namun sakitnya tak kunjung sembuh, beliau harus keluar masuk Rumah Sakit di Jakarta, sampai akhirnya pada Selasa (16/9) Ronny kembali menjalani perawatan di Rumah Sakit Omni Medical Center, Jakarta, sampai akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya tadi siang. Jenazah akan disemayamkan di rumah duka di Jl. Pulo Mas, 3 B No.9 Pulo Mas, Jakarta Timur.

Ronny Pattinasarani lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 9 Februari 1949, beliau adalah pelatih sepakbola Indonesia dan salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Ronny adalah mantan dari pemain PSM era 70-an. Olahragawan terbaik nasional 1976 dan 1981 itu pun terjun kembali ke dunia olahraga namun hanya sebagai pelatih bola.

Ketika masih menjadi pemain bola ia sering mendapat penghargaan atas prestasinya tersebut seperti Pemain Asia All Star tahun 1982, Olahragawan Terbaik Nasional tahun 1976 dan 1981, Pemain Terbaik Galatama tahun, 1979 dan 1980, Medali Perak SEA Games 1979 dan 1981. Selain itu prestasi yang diperoleh klubnya saat ia menjadi pelatih tim bola adalah Petrokimia Juara Surya Cup, Petrokimia Juara Petro Cup, Petrokimia menjadi runner up Tugu Muda Cup.

Sebagai direktur Pembinaan Usia Muda PSSI, Ronny memang disibukkan dengan berbagai agenda sepak bola. Mulai dari Liga Remaja U-15, agenda Timnas U-17 ke AFF, acara Timnas U-16 di Pra Piala Asia, seleksi Timnas U-16 untuk proyeksi Uruguay, serta pentas Liga Remaja U-18. Atas nama seluruh karyawan Antv, kami mengucapkan ikut berduka Cita yang sedalam-dalamnya, Selamat Jalan Bang Ronny. (antvsports)

[+/-] Selengkapnya...

Sabar untuk hadapi Persib

Skuad PSIS (Semarang) akan mencoba bermain lebih sabar ketika bertemu dengan tuan rumah Persib (Bandung) dalam laga lanjutan Indonesia Super League (ISL) 2008, Senin (22/9) di Bandung.

’’Kualitas pemain Persib jelas sangat berbeda dengan PSIS. Maka dari itu kami akan mencoba bermain lebih safe,’’ kata Pelatih PSIS, Bambang Nurdiansyah, Kamis (18/9) di Stadion Jatidiri Semarang.

Dengan bermain lebih safe, bukan berarti nanti akan total bertahan. Nantinya, kata dia, pola penyerangan tentu akan dilakukan dengan melihat situasi dan kesempatan yang dimiliki.

’’Kami akan mengorganisir pertahanan dahulu. Setelah pertahanan anak-anak solid, nantinya akan timbul kepercayaan diri dari pemain untuk menyerang,’’ tambah mantan pelatih Arema ini. Pelatih berinisial BN ini menambahkan, jika kepercayaan diri dalam bertahan sudah ada, nantinya dalam melakukan serangan secara otomatis dapat dilakukan pemain tengah dan depan.

Cari komposisi


Sementara itu mengenai formasi pemain, BN mengatakan, pihaknya masih mencari komposisi yang pas dan terbaik dalam tim. Bongkar pasang terus dilakukan oleh BN untuk mencari komposisi yang solid dan sesuai dengan yang dibutuhkan tim.

Saat ini BN terus menggodog komposisi di sektor pertahanan timnya. Seperti diketahui, pertahanan Mahesa Jenar masih belum sesuai harapan. Kurang konsentrasi dan sering lengah menjadi masalah, sehingga sering kebobolan.

Pada pertandingan menjamu Persipura, pertahanan yang ditunjukkan sangat solid dan sulit ditembus lawan. Onambele Basile Jules yang semula bermain di gelandang, ditarik menjadi center back bersama Heri Santoso. Komposisi seperti ini ternyata berbuah manis. Pertahanan PSIS masih tetap aman selama 90 menit pertandingan.

’’Kami masih terus mencoba antara Onambele dengan Idrus, Idrus dengan Edson, atau Edson dengan Onambele. Jika nanti Onambele di belakang, posisinya dapat diganti oleh Bangun Permana,’’ beber BN.

Pemain baru
Sementara itu meski bursa transfer kedua masih baru dibuka usai putaran kedua, namun skuad Mahesa Jenar sudah mulai kedatangan pelamar baru. Kali ini yang datang melamar adalah amunisi muda, eks timnas PSSI U-21.

Pemain bernama Hendro Siswanto ini sudah melakukan latihan bersama Idrus Gunawan sejak dua hari lalu. Mantan pemain yang dulunya memperkuat tim PON Jatim ini berposisi gelandang bertahan.

’’Hendro sebenarnya multifungsi. Ketika saya melatih Timnas U-21 lalu, dia dapat menjadi bek kiri dan bek kanan,’’ tambah BN.

Kemungkinan pemain muda asal Tuban ini akan terus mengikuti latihan bersama PSIS. Apalagi saat ini ia belum membela klub manapun. (wawasan)

[+/-] Selengkapnya...

16 September 2008

PSIS ditaklukkan Persiwa

Harapan PSIS (Semarang) mengulang kemenangan di kandang akhrinya kandas. Idrus Gunawan dkk menelan pil pahit, dipermalukan tim tamu Persiwa (Wamema) dengan sekor 0-2 dalam lanjutan Indonesia Super League (ISL) 2008 di Stadion Jatidiri Semarang, Senin (15/9) malam. Sekitar 20.000 penonton yang menyaksikan laga tersebut tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Kemenangan atas Persipura pada pertandingan sebelumnya gagal diulang, semalam. Ini adalah kekalahan pertama kalinya bagi PSIS di kandang.

Dari empat kali pertandingan home, dua kali dengan hasil seri dan sekali menang. Dengan kekalahan tersebut, posisi PSIS tidak beranjak dari klasemen sementara.

Sejak kick off, sebenarnya anak-anak asuh Bambang Nurdiansyah mendominasi jalannya laga. Permainan cepat sepanjang babak pertama, membuat repot lini pertahanan Persiwa. Beberapa peluang sempat diciptakan anak-anak Semarang, seperti tendangan Ferri Ariawan yang hanya melebar di sisi kiri gawang Persiwa ketika pertandingan baru berjalan beberapa menit.

Pola serangan yang diperlihatkan amunisi muda PSIS tersebut, sempat meyakinkan penonton, kemenangan atas Persipura pada laga sebelumnya bakal terulang. Sayang, finishing touch di depan gawang Persiwa yang dijaga Charles Woof masih belum sempurna dan terkesan tergesa-gesa.

Seperti peluang Ferri Ariawan pada menit ke-30 yang mendapatkan umpan tusukan dari Pranandya Aditya dari lini kiri masih belum berhasil mengubah skor. Tendangannya malah melambung ke atas gawang Persiwa. Hingga babak pertama usai skor masih imbang tanpa gol.

Kesalahan


Masuk babak kedua, PSIS masih mendominasi serangan. Namun ini hanya berjalan beberapa menit saja. Sebaliknya, Persiwa yang berjuluk tim Badai Pegunungan Tengah hanya meladeni dengan counter attack. Hal ini malah berhasil mengacaukan pertahanan PSIS. Terbukti pada menit ke-50 gol pertama Persiwa tercipta oleh Imanuel Padwa, setelah memanfaatkan umpan tendangan pojok dari sektor kiri gawang Agus Murod Alfarizi.

Pada menit ke-61 tim asuhan Suharno menambah lagi kemenangan setelah Pieter Rumaropen berhasil memanfaatkan kesalahan Edson Leonardo yang gagal menghalau umpan dari lini tengah. Praktis pascagol kedua terjadi, permainan PSIS menurun drastis dan tidak mampu mengembangkan serangan-serangan. Sebaliknya Persiwa sering menciptakan peluang-peluang berbahaya yang mengancam gawang Agus Murod Alfarizi. Hingga peluit akhir berbunyi skor tetap tidak berubah untuk keunggulan Persiwa. Wasit Eri Bestari mengeluarkan dua kartu kuning untuk pemain Persiwa yaitu Imanuel Padwa dan Yohanis Kabagaimu.

Usai laga asisten pelatih PSIS Ahmad Muhariah mengakui anak asuhnya pada babak pertama memang mendominasi permainan. Namun kurangnya tajamnya penyelesaian akhir di lini depan membuat skuad muda ini gagal mencetak gol. ’’Kami memang menguasai permainan pada babak pertama. Tapi finishing touch masih kurang hingga sulit mencetak gol,’’ kata Muhariah, Senin (15/9) ketika jumpa pers seusai pertandingan.

Selain itu gol yang terjadi memang murni kesalahan anak asuhnya. Kurangnya konsentrasi menjadi penyebab terjadinya dua gol ke gawang Agus Murod Alfarizi.

’’Anak-anak kurang konsentrasi sehingga terjadilah gol. Ini memang murni kesalahan pemain. Tapi kami tetap hargai perjuangan anak-anak,’’tambahnya.

Sementara pelatih Persiwa Suharno mengatakan merasa bersyukur dengan hasil ini. Dia mengakui pada babak pertama memang tidak meladeni permainan cepat PSIS. Skuad asuhannya hanya mengimbangi dengan mengandalkan serangan balik saja.

’’Kami memang main sabar di babak pertama. Permainan cepat PSIS tidak kami ladeni. Kami hanya lebih disiplin menjaga pemain lawan. Pada babak kedua kami sedikit dengan sentuhan umpan dari kaki ke kaki dan berhasil. PSIS sebenarnya tidak bermain jelek, hanya saja dua gol yang terjadi kelengahan pemain,’’pungkas Suharno. (wawasan)

[+/-] Selengkapnya...

15 September 2008

Persiwa tak ingin kalah PSIS siapkan jurus jitu

Pelatih PSIS (Semarang) Bambang Nurdiansyah berharap, kemenangan atas Persipura dapat terulang lagi ketika menjamu Persiwa (Wamena) dalam lanjutan laga Indonesia Super League (ISL) 2008, di Stadion Jatidiri, Semarang, Senin (15/9) malam ini.

Apalagi secara materi pemain PSIS hampir sama dengan pemain Persiwa. Hanya saja, lanjutnya, kualitasnya baik secara performa dan skill sedikit berbeda. Persiwa lebih unggul daripada PSIS.

Meski demikian pihaknya tidak memandang hal ini sebuah kekurangan. Bahkan ia menyebut, anak asuhnya punya kelebihan yaitu semangat yang tinggi dalam setiap pertandingan.

’’Anak-anak mempunyai fighting spirit yang luar biasa. Ini yang sangat membanggakan dan dapat dijadikan senjata dalam pertandingan nanti,’’ kata Bambang Nurdiansyah, Minggu (14/9), usai latihan di Stadion Jatidiri, Semarang.

Menurut Bambang, saat ini, ia coba benahi beberapa kesalahan yang dialami dalam laga-laga sebelumnya. Ia berharap, kesalahan-kesalahan itu tidak terulang kembali.

’’Kita perbaiki beberapa kekurangan. Terpenting kita tingkatkan fighting spirit-nya. Biasa, pemain muda jika mendapat tekanan akan langsung panik dan belum tenang. Semoga dengan berjalannya waktu semuanya akan lebih baik lagi,’’ urai pelatih yang mempunyai inisial BN itu.

Punya jurus


Mengenai Persiwa sendiri, BN mengatakan Persiwa mempunyai materi pemain bagus. Hanya saja dirinya sudah memiliki jurus jitu untuk meredam kebangkitan tim berjuluk ’Badai Pegunungan Tengah’ ini.

’’Kami tidak akan mengubah seperti melawan Persipura kemarin. Namun ada strategi dan variasi serangan yang lain. Kami akan bermain lebih menekan lagi,’’ tambahnya.

PSIS sendiri dipastikan tidak dapat menurunkan Sapto dan Salomon Bengondo. Sapto terpaksa duduk menyaksikan rekan-rekannya berjuang terkait akumulasi kartu kuning. Sedangkan Salomon masih mengalami cedera kaki. Meski demikian BN sudah mempersiapkan pemain pengganti untuk ditempatkan di posisi mereka.

Curi poin
Sementara itu Pelatih Persiwa Suharno mengatakan, akan mencoba menghadapi permainan tuan rumah secara maksimal. Meski diakui skuad besutannya masih mengalami kelelahan, namun hal ini tidak dapat dijadikan alasan. Pihaknya akan mencoba mencuri poin di Stadion Jatidiri malam nanti.

Hasil yang kurang menggembirakan ketika kalah 0-2 dari Pelita Jaya, diharapkannya tidak terulang lagi di Semarang.

Mengenai PSIS, Suharno melihat sejak diarsiteki BN, menambah suasana baru yang positif di skuad Mahesa Jenar. Hal ini terbukti dengan meraih kemenangan atas Persipura dengan skor tipis 1-0.

Namun Suharno mengatakan, timnya bakal minus bek andalannya Kughegbe Onorionde John alias OK John. Pemain asal Kamerun bernomor punggung empat ini terkena akumulasi kartu kuning.

’’Semua kekurangan sudah kami perbaiki dan antisipasi untuk persiapan melawan PSIS,’’ pungkas Suharno.

Sementara itu kiper Persiwa Timotius Motte mengatakan semua tim yang dihadapi sama baiknya. Pemain bernomor punggung 25 ini akan berusaha mati-matian menjaga gawangnya dari serangan pemain tuan rumah.

’’Semua tim lawan sama bagusnya. Kami tidak akan mengulang kesalahan lagi seperti melawan Pelita Jaya kemarin. Kami akan bermain sebaik mungkin,’’ kata Motte. (wawasan)

[+/-] Selengkapnya...

10 September 2008

Berita Duka ::.

-- Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un ---

Telah meninggal dunia Ayahanda dari Ketua Snex Eddy "bosse" Purwanto, Kemarin (09/09/08). Prosesi pemakaman di hadiri rekan-rekan snexer dan kawan-kawan almarhum yang berlangsung dengan khidmat dan sederhana. Tampak dari wajah bosse begitu tegar menghadapi kiamat kecil ini di dampingi orang-orang terdekatnya. Almarhum di makamkan di Nyatyono Ungaran tanggal 10 September 2008, pukul 11.00 WIB. Selamat jalan.. Semoga Amal dan ibadahnya diterima di sisi Allah SWT. Amien.


Bosse Edy menerima ucapan duka dari Manajemen PSIS
yang diwakilkan Sdr. Liluk, dan Pjs. Panser Biru Sdr. Sholikhin



Komentar Berita Dukacita Di bawah ini.

[+/-] Selengkapnya...

Jelang Lawan Persipura : Meski berat, tetap harus menang

Pelatih PSIS (Semarang) Bambang Nurdiansyah menegaskan tidak ada kata lain kecuali harus meraih poin penuh ketika menjamu Persipura (Jayapura) dalam lanjutan laga Indonesia Super League (ISL) 2008 di Stadion Jatidiri, Rabu (10/9) malam nanti.’’Memang kami kekurangan materi pemain. Tapi itu bukan alasan untuk kalah saat menghadapi Persipura. PSIS harus meraih kemenangan jika tidak ingin makin terpuruk,’’ kata Bambang Nurdiansyah, Rabu (9/9) di Stadion Jatidiri Semarang. Hanya saja, pelatih yang mempunyai inisial BN ini mengatakan, tidak mudah untuk mewujudkan hal itu.

Apalagi dirinya baru tiga kali melatih skuad Mahesa Jenar. Kesempatan untuk memberikan ’ilmu’ kepada anak-anak muda masih terbentur dengan keterbatasan waktu. ’’Ini merupakan tugas berat. Apalagi saya baru tiga kali melatih tim ini. Saya tidak punya waktu yang lama untuk memoles tim,’’ ujar BN.

PSIS sendiri dipastikan akan mengalami krisis pemain belakang dengan absennya Edson Leonardo, Heri Susilo dan Anwarudin. Namun pihaknya sudah mempersiapkan pemain pengganti dan telah siap diturunkan pada malam nanti. ’’Onambele akan ditarik ke belakang untuk menggantikan Edson. Bangun Permana akan ditarik lebih maju ke tengah,’’ beber BN.

Berkualitas


Mengenai Persipura sendiri, BN mengatakan, tim ini sangat bagus. Meski banyak diperkuat pemain lokal, namun kualitasnya tidak perlu ditanyakan lagi. Apalagi dengan kolaborasi pemain asing yang berkelas seperti Alberto Goncalves.

’’Kualitas Beto (panggilan Goncalves) sangat bagus. Pemain ini harus diwaspadai. Penjagaan akan lebih rapat dan jangan sampai lengah,’’ kata BN.

Sementara itu pelatih Persipura (Jayapura) Jackson F Tiago berharap, Stadion Jatidiri dapat memberikan keuntungan dan kemenangan bagi skuad besutannya. Pelatih asal Brazil yang baru saja memegang kendali tim berjuluk Mutiara Hitam dari pelatih lama Raja Isa itu berharap, kemenangan menjadi kado yang istimewa bagi dirinya.

’’Sebagai pelatih baru tentu ingin awal yang bagus. Apalagi Persipura selama ini sangat bagus bertanding di luar kandang. Saya juga ingin membawa kemenangan untuk Persipura di Semarang ini,’’ kata Jackson, Selasa (9/9) usai mencoba lapangan di Stadion Jatidiri Semarang.

Meski demikian, dirinya melihat tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk meraih poin penuh di kandang Mahesa Jenar. Pihaknya mengakui sangat sulit dan memprediksi kekuatan sesungguhnya tim besutan Bambang Nurdiansyah tersebut akan muncul.

’’PSIS masih masa transisi dengan pelatih baru Bambang Nurdiansyah. Dia tentu membawa suasana baru di tim. Memang PSIS baru saja kalah telak 0-5 dari Persija, tapi itu tidak dapat dijadikan ukuran kekuatan tim PSIS. Kami berharap anak-anak tetap waspada dan konsentrasi tinggi,’’ urai Jackson.

Dia juga melihat, ketika melawan Persija, dukungan penuh dari Jakmania dapat menjadi tekanan bagi tim PSIS. Sebaliknya malam nanti ketika menjamu timnya akan berbeda. Dukungan fanatik dari suporter setianya dapat menambah semangat juang amunisi PSIS. ’’Terpenting kami harus waspada dan tidak akan meremehkan PSIS,’’ tambahnya.

Skuad Mutiara Hitam dipastikan turun dengan full team. Semua pemain inti tidak ada yang cedera dan terkena akumulasi kartu kuning.(wawasan)

[+/-] Selengkapnya...

08 September 2008

Menunggu Transfrer Window di buka


Cyber News
: Sampai kapan derita ini berakhir, tim kebanggan JOGLOSEMAR satu-satunya yang ada di LIGA SUPER INDONESIA 2008, menjadi lumbung gol yang kesekian kalinya, sekarang giliran PERSIJA "mengupas" MAHESA JENAR tanpa ampun. Sebagai pencinta dan penggemar PSIS sebaiknya bersabar menunggu di bukanya TRANSFER WINDOW akhir putaran pertama liga di gelar. Siapapun pelatihnya dengan kondisi pemain muda miskin pengalaman dan kondisi intern PSIS sendiri !, mustahil mengangkat prestasi musim ini.


Harapan itu masih ada !!, beban berat ada di pundak BAMBANG NURDIANSYAH, arsitek mumpuni pencetak pemain muda dari ZERO to HERO. Seluruh elemen pendukung wajib berperan serta menjadikan tim kebanggaan kita menjadi tim yang harus diperhitungkan di putaran kedua kelak. Masih banyak pemain muda bertalenta dan kaya pengalaman yang bisa di rekrut nantinya, bidikan utama adalah squad PSSI U-21, dan U-23.

Sementara menunggu DEWI FORTUNA datang, sebagai suporter militan pendukung tim PSIS untuk lebih banyak berbesar hati. KALAH sudah biasa, MENANG baru luar biasa. Kutunggu kiprahmu di JATIDIRI dengan kisah yang berbeda. Terima kasih buat SNEXER YANG JAUH-JAUH DATANG KE JAKARTA, PERJUANGANMU DAN PERJALANANMU TIDAKLAH SIA-SIA, KELAK ADA HASIL DARI JERI PAYAHMU.

Analisa Pertandingan Rigan Agachi :


Partai perdana Persija Jakarta di home-base mereka sendiri, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, melawan PSIS Semarang, Minggu malam (7/9) berbuah sangat manis. Mereka mampu unggul telak 5-0, dan kelima gol ini diciptakan dalam durasi permainan sekitar 16 menit.

Menurut saya, terciptanya 5 gol ini disamping karena tajamnya lini depan Persija, juga disebabkan karena hilangnya atau terganggunya konsentrasi barisan pertahanan PSIS setelah gawangnya kemasukan gol pertama di menit ke-66.

Sepanjang 65 menit permainan berlangsung, tim Mahesa Jenar PSIS Semarang, yang kali ini diarsiteki oleh Bambang Nurdiansyah, sesungguhnya mampu menampilkan perlawanan yang cukup sengit. Meski terus dikurung oleh barisan depan Persija, namun lini pertahanan PSIS tampil solid dan disiplin, sehingga mampu mematahkan setiap serangan yang dibangun BP dan kawan-kawan.

Malapetaka terjadi setelah gol pertama Persija mampu dicetak Bambang Pamungkas di menit ke-66. Setelah gol ini, sangat terlihat bahwa konsentrasi lini pertahanan PSIS menjadi buyar. Sebaliknya, Greg Nwokollo dan kawan-kawan justru bermain lebih lepas sehingga serangan yang dibangun cukup efektif.

Saya mencatat bahwa efektifitas pola serangan Persija tidak hanya di set-up dari lapangan tengah, tapi juga dari kedua sayap. Greg dan M Ilham cukup kontributif dalam memberikan umpan-umpan matang ke depan gawang PSIS. Saya kira variasi serangan inilah yang membuat barisan pertahanan PSIS mengalami kerepotan.

Dalam amatan saya, dibawah asuhan Bambang Nurdiansyah, tim Mahesa Jenar telah menunjukkan perubahan yang cukup baik. Setidaknya ini terlihat selama 65 menit pertama pertandingan berlangsung, dimana Gaston Castano dan kawan-kawan bermain lebih tenang. Barisan pertahanan cukup disiplin dan serangan baliknya mampu mengancam gawang Persija. Sayang, skill individu pemain Persija memang sedikit lebih baik dari mereka.

[+/-] Selengkapnya...

06 September 2008

SNEX ke Jakarta Lagi .. !!

Kawan-kawan Snexer sudah bergerak menuju poncol. Diperkirakan setelah magrib 400-an Snexer siap bergerak menuju Jakarta, menggunakan Kereta Api Jurusan Surabaya-Jakarta, Semarang-Jakarta. Di lihat dari statistik away dari PP Snex, animo masyarakat Semarang dan sekitarnya (snexer), sangat tinggi, karena hubungan baik antara SNEX dan THEJAK terjalin sampai detik ini. Jakarta merupakan rumah kedua buat Snexer, jadi ajang duel antara Persija dan PSIS merupakan ajang kumpul-kumpul dan temu kangen antara ke dua suporter ini.

Dukungan untuk PSIS tidak hanya dari Semarang dan sekitarnya, SNEX METROPOLIS dipimpin oleh Hasan Basri alias Shanshan turut bergabung dalam lautan Biru Hitam, warna uniform Snex. Selain itu dukungan nyata yaitu dari PCSC (PSIS Cyber Supporters Community) se Jabodetabek turut melantunkan tembang kemenangan buat PSIS Semarang, ditambah lagi dari suporter Joglosemar, yang saat ini sudah konfirmasi untuk mendukung langsung di Stadion Gelora Bung Karno yaitu suporter dari solo Pasoepati, dan tentunya suporter pendukung PSIS lainnya yaitu Panser Biru.


Buat Snexer dan fans Semarang yang mau ke Jakarta boleh saja, tapi hati-hati banyak provokator yang berusaha untuk merusak hubungan baik ini, terlebih-lebih Snexer ngrembol yang kadang-kadang buat usil di jalan. Pesan buat Komandan tour dan Korlap,rapatkan barisan.. satu komando.. satu tujuan. Jagalah citra baik Semarang dan Snex. Ho Rewo-rewo ho ho ho.....

[+/-] Selengkapnya...

05 September 2008

Apa Kabar BJ ...




Para Snexer tentu tidak asing lagi dengan sosok yang akrab disapa BJ atau Bang Jun. Ya beliau adalah salah satu dari fantastic four atau empat sekawan pendiri Snex mungkin bagi kawan-kawan Snexer yang baru pasti cukup asing dengan istilah tersebut perlu diketahui bahwa empat sekawan konseptor atau pendiri Snex adalah Edi Purwanto (Bos Edi), Agus Junianto ( Bang Jun/BJ ), Eddy Muryanto SH (Edy LP), Zul Adri (Adri Bundo), untuk dua nama terakhir sudah lama tidak pernah merapat atau bergabung dengan Snex. sehingga istilah empat sekawan sudah hilang dan berganti menjadi “Duet Maut”


BJ adalah SEKUM Snex periode yang pertama dengan no urut 002 pada no KTA dan setia mengawal Snex bersama Bos Edi alias Bosse hingga akhir masa baktinya 30 maret 2008. Mungkin sosok nama BJ mungkin kalah popular dibandingkan Bosse, Andi Lau, Susi, dan Robot perlu diketahui sosoknya tapi ditangan BJ lah sebenarnya konsep-konsep Snex hingga bisa seperti sekarang Snex dikenal luas di seantero nusantara. Para Snexer pasti ingat ketika pertama kali The Jakmania datang ke Semarang pada tahun 2005 dimana saat itu Snex yang masih beranggotakan puluhan orang mungkin dengan tambahan beberapa simpatisan. The Jakmania bisa masuk Stadion Jatidiri dan pulang tanpa ada gangguan sedikitpun, padahal saat itu hubungan Jakarta-Semarang sangat panas dan rentan terjadi gesekan. Tetapi di tangan BJ hal tersebut urung terjadi bahkan pada perang bintang Liga Indonesia Snex berhasil meraih posisi kedua hal yang lebih mencengangkan lagi dengan lahirnya Snex banyak konflik atau perang antar kampung menjadi mereda karena mereka merasa satu berada dibawah bendera Snex. Kemudian dengan logo X yang begitu mudah di ingat simple tapi terbukti cukup spektakuler mudah dibuat daripada harus membuat gambar yang rumit seperti P***** edited hal tersebut juga pasti diamini para Snexer senior.

Berakhirnya masa jabatannya ....


Berakhirnya masa jabatannya di Snex sebagai SEKUM seperti berakhirnya kiprah sosok Snexer yang satu ini, manakala Bosse terpilih kembali BJ tampak ogah mendampingi mantan soulmatenya dalam “Duet Maut” periode 2008-2011 BJ ingin istirahat dahulu dari kepengurusan Snex..Hal tersebut sebenarya sangat disayangkan oleh ribuan Snexer karena BJ dianggap sebagai salah satu sosok panutan dalam tubuh Snex tetapi ketika beliau ditanya oleh snex_cyber sebenarnya beliau tidak benar-benar istirahat BJ masih ingin membesarkan Snex dengan caranya sendiri seperti lewat tulisan di media, diskusi, seminar dsb tetapi sampai saat ini justru kenyataanya BJ seperti ternina bobokan jangankan untuk membuat hal seperti yang diatas ketika pertandingan home kedua PSIS pun BJ tidak nampak hadir di kerajaan Snex Tribun Utara Stadion Jatidiri Kemanakah engkau BJ??? Apakah benar-benar ingin meninggalkan Snex?? Atau mau mengikuti dua empat sekawan sebelumnya?? Paling tidak BJ bisa jadi penasehat atau guru bangsa bagi para pengurus Snex yang baru karena biar bagaimanapun para pengurus yang baru masih sangat abu-abu terhadap hal-hal suporter.

BJ jangan terlalu lelap tertidur biar bagaimanapun Snex dan para Snexer sangat menanti dan mengharapkan pikiran, ide, tenaga anda untuk menjadikan Snex supprter terbaik dan terbesar di Indonesia.BJ cepat bertindak jangan hanya diam !!!!!!!

[+/-] Selengkapnya...

04 September 2008

Siap lampaui target, Bambang minta beli pemain baru

Pelatih baru PSIS (Semarang) Bambang Nurdiansyah siap melampaui target manajemen tidak terdegradasi dan tetap bertahan di kancah Indonesia Super League (ISL). Hal ini ditegaskan Bambang setelah ia menyelesaikan administrasinya Selasa (2/9) kemarin. Bambang bahkan sudah melihat latihan timnya ke lapangan. ’’Mas Yoyok dan Bapak (Ketua Umum PSIS, Sukawi Sutarip) memang meminta PSIS minimal dapat bertahan dan tidak terdegradasi. Tapi saya tetap bekerja keras agar PSIS dapat, minimal, berada di papan tengah klasemen,’’ kata Bambang Nurdiasyah, Selasa (2/9) di Stadion Jatidiri Semarang.

Bambang melihat para pemain PSIS saat ini banyak diperkuat pemain muda usia. Jam terbang yang minim dan miskin pengalaman bertanding menjadi salah satu masalah di skuad Mahesa Jenar.

Namun mantan pelatih Arema ini melihat dari segi talenta semangat, fighting spirit, juga fisik, para pemain muda ini jauh lebih unggul dari tim lain. Ia juga yakin ke depan amunisi muda ini akan menjadi lebih baik.


’’PSIS banyak diperkuat pemain muda. Ini yang membuat saya tertarik. Mereka mempunyai fighting spirit dan talenta yang baik. Tenaganya dan powernya sangat bagus,’’ tambah pelatih kelahiran 28 Desember 1958 ini.

Satu hal, lanjutnya, masa recovery pemain muda biasanya lebih cepat daripada pemain yang sudah berumur. Terlebih hajatan ISL memakan waktu lama dan melalui tempat hampir di seluruh nusantara. Ini menguntungkan karena biasanya makin ke depan, tim muda biasanya akan makin meningkat performanya.

’’Lain dengan pemain tua, makin ke sana, tenaganya cenderung berkurang,’’ beber pelatih berinisial BN ini.

Beli pemain
Namun BN langsung mencanangkan pembelian pemain baru di pembukaan transfer tahap kedua nanti. Menurut dia, pemain asing baru, diharapkan adalah pemain yang benar-benar pengalaman, sehingga nantinya bisa ’ngemong’ pemain-pemain muda di tim.

’’Insya Allah jika nanti Mas Yoyok ada dana, dapat membeli pemain asing yang berkualitas untuk putaran kedua besok. Saya melihat pemain asing yang berkualitas dapat mempengaruhi pemain-pemain muda. Ini seperti ketika saya melatih Arema kemarin,’’ tambahnya.

Ketika ditanya apakah nantinya akan langsung memegang kendali Idrus Gunawan cs saat lawan Persija 7 September mendatang, BN mengatakan, akan melakukan adaptasi dulu dan mempelajari secara detail setiap pemain dahulu. Nantinya secara perlahan akan semakin mendalami karakter masing-masing individu.

’’Mas Ahmad Muhariah tetap yang memegang kendali tim hingga beberapa pertandingan. Saya tetap di belakangnya sambil perlahan lebih mengenal masing-masing pemain. Nanti setelah mendalam akan total memegang,’’ tambahnya.

Dan ia menegaskan, apa yang diraih PSIS sejauh ini tidak terlalu buruk. Ia memuji skud mudanya, yang baru main dua kali di kandang dan tidak kalah. ’’Tim-tim hebat saja, sudah ada yang kalah kok di kandang,’’ katanya. Bahkan, imbuhnya, di luar kandang PSIS bisa mencuri kemenangan. Menurutnya, Itu hasil yang bisa dijadikan modal (wawasan)

[+/-] Selengkapnya...

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP